kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Efek infrastruktur di Papua baru terasa di pertengahan periode Presiden baru


Selasa, 07 Mei 2019 / 19:56 WIB
Efek infrastruktur di Papua baru terasa di pertengahan periode Presiden baru


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku dan Papua pada kuartal I-2019 minus 10,44% secara tahunan (yoy). Angka tersebut disumbang oleh wilayah Papua dan Papua Barat.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator (Kemko) Ekonomi Iskandar Simorangkir mengakui hingga saat ini wilayah tersebut masih sangat bergantung pada sumber daya alam (SDA).

"Iya karena harga komoditas turun dan produksi freeport turun karena pengalihan daerah penambangan baru bawah tanah," jelas Iskandar saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (7/5).

Maka, jelas Iskandar, Pemerintah membangun infrastruktur masal dan konektivitas dengan daerah lain agar muncul pusat industri hulu baru di Papua.

Sehingga tidak tergantung hanya pada SDA dan bisa mencapai pertumbuhan tinggi yang berkelanjutan. "Pada periode pertengahan kedua presiden baru diraakan dampaknya signifikan," imbuh dia.

Adapun pertumbuhan ekonomi di Papua minus 20,13% yoy. Kondisi itu disebabkan karena penurunan produksi emas oleh Freeport mencapai 72% yoy sementara tembaga turun hingga 53% yoy.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi di Papua Barat negatif 0,26% yoy. Ini disebabkan turunnya produksi Liquefied Natural Gas (LNG).

Apabila dibandingkan dengan kuartal IV-2018, beberapa wilayah yang maish tergantung dengan SDA juga tumbuh negatif. Antara lain Sumatera minus 0,57%, Kalimantan minus 0,18%, dan Sulawesi minus 2,82%.

Ini sejalan dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) menurut lapangan usaha untuk Pertambangan dan Penggalian tumbuh negatif 0,25% pada kuartal I-2019 terhadap kuartal IV-2018.

BPS juga mencatat pada kuartal I-2019 harga komoditas migas di pasar internasional mengalami penurunan apabila dibanding kuartal sebelumnya maupun tahunan. Harga minyak mentah Indonesia turun 7,11%. Pada kuartal IV-2018 tercatat US$ 65,12 per barel menjadi US$ 60,49 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×