Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku dan Papua minus 10,44% secara tahunan (yoy). Angka tersebut disumbang oleh wilayah Papua dan Barat.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menjelaskan pertumbuhan ekonomi di Papua dan Papua Barat mengalami pertumbuhan negatif karena masih bergantung pada sumber daya alam (SDA).
"Dari strukturnya pertambangan dan penggalian masih besar, perlu digeser," jelas Suhariyanto di kantornya, Senin (6/5).
Adapun pertumbuhan ekonomi di Papua minus 20,13% yoy. Kondisi itu disebabkan karena penurunan produksi emas oleh Freeport mencapai 72% yoy sementara tembaga turun hingga 53% yoy. Sedangkan pertumbuhan ekonomi di Papua Barat negatif 0,26% yoy. Ini disebabkan turunnya produksi Liquefied Natural Gas (LNG).
Sedangkan pertumbuhan ekonomi di Maluku dan Maluku Utara justru positif masing-masing sebesar 6,32% dan 7,65%.
Secara kuartalan, Suhariyanto menambahkan masih ada tiga wilayah yang kondisi ekonominya rentan karena masih bergantung pada tambang. Wilayah tersebut antara lain Papua, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Kalimantan Timur.
Pertumbuhan ekonomi kuartal I-2019 di Bali dan Nusa Tenggara tumbuh 4,64% yoy, sedangkan di Kalimantan tumbuh 5,33%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News