Reporter: Adinda Ade Mustami, Asep Munazat Zatnika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sudah hampir tiga pekan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) mengalami tekanan. Ini terjadi setelah pemilihan presiden di AS dan rencana kenaikan suku bunga The Fed pada Desember nanti.
Pada Selasa (29/11), nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot dalam sesi pembukaan berada di level Rp 13.536 per dollar AS. Namun, rupiah tertekan pada sore harinya ke level Rp 13.547 per dollar AS.
Melihat kondisi itu, Bank Indonesia (BI) meyakini rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terjaga. Meski demikian, keyakinan BI ini mulai sedikit berkurang. Otoritas moneter itu memperkirakan rata-rata nilai tukar rupiah di tahun 2016 akan ada di batas bawah prediksi semula.
Berdasarkan dokumen paparan BI pada rapat kerja dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Selasa (29/11), proyeksi rata-rata nilai tukar hingga akhir tahun akan menyentuh level Rp 13.300 per dollar AS.
Sebelumnya, BI memperkirakan nilai tukar mata uang Garuda ini ada di dalam rentang antara Rp 13.300 per dollar AS–Rp 13.600 per dollar AS. Tak hanya itu, BI bahkan memperkirakan rata-rata nilai tukar rupiah di tahun depan sebesar Rp 13.280 per dollar AS.
Sebelumnya, BI memperkirakan rata-rata rupiah tahun 2017 ada dalam rentang antara Rp 13.200 per dollar AS–Rp 13.500 per dollar AS. Kisaran rupiah tersebut menguat dibanding kurs rata-rata tahun ini karena pengaruh dari kebijakan amnesti pajak.
Bahkan, perkiraan tersebut juga lebih optimistis dibanding asumsi yang dipatok dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tahun 2017, yang sebesar Rp 13.300 per dollar AS.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, pengaruh terbesar yang terjadi saat ini adalah masalah ketidakpastian masa depan AS. Semua pihak masih menunggu langkah nyata presiden terpilih, yang dilihat dari komposisi anggota kabinet yang dibentuk.
Sementara itu, mengenai rencana kenaikan Fed Fund Rate pada pertengahan Desember, BI meyakini sudah masuk dalam kalkulasi pasar, alias price in. Sehingga, jika hal itu dilakukan, gejolaknya tidak akan terlalu besar terhadap rupiah.
Agus memperkirakan, pelemahan rupiah yang terjadi saat ini hanya sementara. Sebab, pada tahun depan, rupiah akan lebih stabil lagi.
Pengaruh amnesti pajak
Ekonom Maybank Indonesia Juniman mengatakan, nilai tukar rupiah hingga akhir tahun akan tergantung pada kondisi global dan domestik. Namun demikian, penguatan rupiah akan sangat tergantung pada realisasi program amnesti pajak yang dijalankan pemerintah.
Dari sisi global, pergerakan nilai tukar rupiah berkaitan dengan ekspektasi pasar terhadap kebijakan, yang akan diambil Presiden AS terpilih Donald Trump dan kebijakan moneter yang akan diambil Bank Sentral AS. Sedangkan dari sisi domestik, lanjut dia, nilai tukar rupiah akan sangat tergantung pada dana repatriasi amnesti pajak.
Keberadaan dana repatriasi akan menambah likuiditas di pasar keuangan. Meski demikian, lanjutnya, jika dana repatriasi amnesti pajak yang masuk tidak sesuai ekspektasi, nilai tukar rupiah masih mungkin bisa menguat.
Asal tahu saja, hingga akhir tahun nanti, diperkirakan akan ada aliran dana dari repatriasi sebesar Rp 140 triliun. Dari jumlah itu, yang sudah terealisasi baru mencapai sekitar Rp 42 triliun.
Juniman juga melihat, upaya intervensi kurs rupiah yang dilakukan BI tak semasif saat sebelum dilaksanakan rapat dewan gubernur (RDG) 17 November lalu. "BI intervensi, tapi disesuaikan dengan kondisi pasar. Kalau regional melemah semua, BI kelihatannya tidak masif melakukan intervensi," tambahnya.
Sebagai catatan, ketika pekan ini rupiah melemah, BI telah melakukan intervensi di tiga psar: pasar valuta asing, pasar surat berharga negara (SBN) dan pasar swap. Dengan semua pertimbangan itu, Juniman memperkirakan, rata-rata nilai tukar rupiah tahun depan akan berada di level Rp 13.300 per dollar AS.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara mengatakan, hingga saat ini, pemerintah belum akan merevisi target rupiah untuk tahun ini. Begitu juga dengan proyeksi rupiah di tahun 2017. Menurutnya, rata-rata nilai tukar rupiah dalam beberapa bulan terakhir masih belum mempengaruhi rata-rata sepanjang tahun.
Sementara untuk tahun 2017, pemerintah akan mengevaluasi semua asumsi ekonomi makro ketika mulai pembahasan APBN-P 2017. Pemerintah mengaku sudah melakukan koordinasi dengan BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terkait kondisi ekonomi terkini.
Bahkan, dengan kondisi saat ini, likuiditas di pasar keuangan masih cukup aman, meskipun dana repatriasi belum terealisasi. Dengan pertimbangan itu, nilai tukar rupiah akan terjaga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News