Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Pemerintah akan segera merealisasikan pencairan pinjaman untuk berbagai proyek infrastruktur, termasuk proyek listrik.
Kali ini, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan memperoleh tambahan utang baru US$ 635,7 juta untuk membiayai dua proyek ketenagalistrikan.
Namun, untuk pencairan utangnya, kini PLN masih menunggu hasil negosiasi pemerintah dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) selaku kreditur.
Kedua proyek yang akan digarap PLN dengan pinjaman baru ini adalah konsultasi pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Hululais sebesar 110 megawatt (MW), dan pembangunan jaringan transmisi Jawa-Sumatra tahap kedua.
"Terkait pinjamannya, kami masih menunggu penyelesaian loan agreement yang akan dilakukan pemerintah," kata Adi Supriono, Sekretaris Perusahaan PLN, kepada KONTAN, Kamis (22/10).
Rencananya, total biaya konsultasi pembangunan PLTP Hululais US$ 7,21 juta.
Dari jumlah itu, sekitar US$ 6,57 juta dibiayai dengan utang dari JICA dan US$ 640.000 merupakan dana pendamping.
Sedangkan proyek transmisi Jawa-Sumatra akan membutuhkan biaya sekitar US$ 717,24 juta.
Perinciannya, US$ 629,14 juta dari pinjaman dan sisanya US$ 88,1 juta dari dana pendamping.
Alhasil, total utang pemerintah untuk proyek PLN mencapai US$ 635,7 juta, dan total dana pendamping US$ 88,7 juta.
"Dana pendamping ini bisa dari penyertaan negara (PMN) atau dari sumber lain, misalnya kas PLN," kata Adi.
Namun, lantaran skema pinjaman proyek ini adalah government to government (G to G), pencairan pinjaman tergantung hasil loan agreement oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bersama Kementerian Keuangan.
Sebelumnya, Wismana Adi Suryabrata, Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan Bappenas bilang, pemerintah menargetkan loan agreement bisa selesai sebelum akhir tahun ini.
Sehingga, pencairan utang dan pelaksanaan proyek bisa dimulai 2016.
Proyek PLTP Hululais akan dikerjakan dalam waktu lima tahun.
Setiap tahunnya, pencairan utang rata-rata sekitar US$ 1,28 juta-US$ 1,55 juta.
Sedangkan untuk proyek jaringan transmisi Jawa-Sumatra tahap kedua, distribusi pembiayaannya untuk empat tahun.
Biaya terbesar untuk pembiayaan pada tahun kedua dan ketiga, masing-masing sebesar US$ 279,3 juta dan US$ 431,8 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News