kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Drajad Wibowo: Pemerintah Jokowi-JK lemah ciptakan lapangan kerja


Minggu, 21 Oktober 2018 / 19:32 WIB
Drajad Wibowo: Pemerintah Jokowi-JK lemah ciptakan lapangan kerja
ILUSTRASI. Drajad Wibowo Dalam diskusi Politik


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Empat tahun sudah Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla memimpin Indonesia. Lalu apa yang sudah dicapai keduanya?

Ekonom sekaligus anggota Dewan Kehormatan PAN Drajad H. Wibowo mengatakan kemampuan perekonomian saat ini masih lemah dalam menciptakan lapangan kerja.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia kita tahu masih stagnan pada level sekitar 5%. Tapi bukan hanya itu yang perlu diperbaiki pemerintah," katanya saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (21/10).

Drajad pun mencatat penduduk yang bekerja mencapai angka tertinggi tahun 2012, yaitu 3,55 juta." Lalu tahun 2008 (3,54 juta) dan 2007 (3,44 juta). Pada tahun 2014-2016, angkanya turun ke sekitar 1,4-2 juta pekerja baru.

"Pada tahun 2017, angkanya naik tajam ke 3,25 juta. Namun angka ini mengundang pertanyaan," katanya.

Sebab, dilihat secara sektoral, tambahan terbesar lagi-lagi diperoleh dari sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan yang jumlahnya 1,09 juta pekerja baru.

"Sektor ini meliputi pekerjaan seperti, maaf, pembantu rumah tangga, tukang cukur, kaki lima dan yang agak formal seperti pekerja sosial. Ini jelas bukan sektor yang seharusnya menjadi penopang penciptaan kerja," tambah dia.

Sementara, sektor perdagangan (termasuk rumah makan dan perhotelan) dan sektor industri tercatat menciptakan pekerjaan tambahan di atas 1 juta.

Yaitu masing-masing 1,05 juta dan 1,03 juta. Namun, sektor ritel anjlok dan industri manufaktur padat karya banyak yang kesulitan.

Padahal mereka banyak menciptakan lapangan kerja. Jadi menurutnya, agak aneh kalau kedua sektor ini mencatat tambahan pekerjaan yang besar.

Kedua, dilihat dari variabel rasio penciptaan kerja. Data menunjukkan, tahun 2015-2016 perekonomian hanya menciptakan sekitar 290-340 ribu per 1% pertumbuhan.

Padahal jika situasi normal, angkanya seharusnya bisa pada level 500 ribu per 1% pertumbuhan ekonomi.

Artinya, ekonomi Indonesia bukan hanya stagnan pertumbuhannya, tapi kemampuan penciptaan kerjanya juga di bawah normal. "Padahal kalau kita hendak mengatasi masalah kemiskinan dan ketimpangan, kuncinya ya kita harus mampu menciptakan pekerjaan yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini perlu diperbaiki segera," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×