Sumber: Kompas.com | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala RSPAD Gatot Soebroto Mayjen TNI dokter Terawan Agus Putranto enggan menanggapi keputusan pemberhentian sementara dirinya dari keanggotan IDI yang dikeluarkan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Persatuan Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI).
Terawan mengatakan, hingga kini, ia belum mendapat surat pemberhentian keanggotaan IDI. "Saya ndak menanggapi surat itu karena saya tidak mendapat suratnya. Saya harus dapat surat maka saya bisa mengomentari. Sampai detik ini saya tidak mendapatkan surat yang ditujukan ke saya," ujar Terawan saat konferensi pers di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Rabu (4/4).
Meski demikian, Terawan mengatakan, terapi " cuci otak" dengan Digital Substracion Angiography (DSA) sudah melalui disertasi di Universitas Hasanudin bersama lima dokter lainnya. Disertasi itu juga telah menghasilkan 12 jurnal internasional.
"Soal menilai bagaimana jurnal itu, itu adalah persepsi. Kalau uji ilmiah sudah dilakukan melalui disertai dan disertasi sebuah universitas yang sangat terpandang, menurut saya harus dihargai," katanya.
"Karena semua ada risikonya maka dikerjakan dengan cermat, detail, dan persiapan yang baik," tambahnya. Ketua umum PB IDI Prof dr Ilham Oetama Marsis tidak mengangkat saluran telepon saat dihubungi Kompas.com, Rabu pagi.
Melalui pesan WhatsApp, Ilham mengarahkan pertanyaan mengenai Terawan kepada Sekretaris Eksekutif IDI, Dien. "Mohon maaf sebelumnya, saat ini kami belum dapat memberikan keterangan apa pun. Namun kami tengah mempersiapkan dalam waktu dekat, minggu ini, memberikan keterangan dalam konferensi pers, termasuk menunjuk narasumber untuk persoalan ini," ucap Dien.
Penonaktifan Terawan dibenarkan Sekretaris Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Pukovisa Prawiroharjo. Pukovisa membenarkan MKEK telah membuat keputusan final terkait dugaan pelanggaran etik terhadap dokter Terawan.
Sayangnya, Pukovisa tidak merujuk secara spesifik aspek kesalahan Terawan. "Tidak bisa dijelaskan dan dibuka karena terikat etika menjaga kerahasiaan jabatan di MKEK," katanya.
Ketua MKEK IDI Prijo Sidipratomo mengatakan, pemberhentian sementara dilakukan karena Terawan dianggap melakukan pelanggaran kode etik kedokteran.
Dalam surat IDI yang beredar, pemecatan sementara terhadap Terawan sebagai anggota IDI berlaku selama 12 bulan, yaitu 26 Februari 2018-25 Februari 2019.
Selain diberhentikan sementara, rekomendasi izin praktik Terawan juga dicabut. Terawan selama ini diketahui sebagai orang yang mengenalkan metode "cuci otak" untuk mengatasi penyakit stroke.
Terapi "cuci otak" dengan DSA diklaim bisa menghilangkan penyumbatan di otak yang menjadi penyebab stroke. Namun, metode "cuci otak" yang dikenalkan Terawan menuai pro kontra.
Sebab terapi "cuci otak" dinilai belum melalui uji klinik dan belum terbukti secara ilmiah dapat mencegah atau mengobati stroke. (Kontributor Jakarta, David Oliver Purba)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dokter Terawan Belum Terima Surat Pemberhentian dari MKEK PB IDI",
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News