kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Dishub DKI antisipasi macet selama konstruksi MRT


Kamis, 10 Oktober 2013 / 13:48 WIB
Dishub DKI antisipasi macet selama konstruksi MRT
ILUSTRASI. United Epsilon T1, Harga Sepeda Gunung Opsi Hemat di Serinya dengan Tampilan Sporty


Reporter: Fahriyadi | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Warga Jakarta boleh saja sumringah karena groundbreaking megaproyek Mass Rapid Transit (MRT) yang diidam-idamkan sekian lama, akhirnya resmi dibangun.

Namun, sebelum proyek itu beroperasi, warga Ibu Kota harus menghadapi kenyataan bahwa selama masa pembangunan MRT lima tahun ke depan, jalur Lebak Bulus-Bundaran HI akan semakin macet.

"Proses pekerjaan konstruksi sekitar 5 tahun ini pasti akan membuat macet. Untuk itu, kami sudah bekerjasama dengan Ditlantas Polda Metro Jaya dan Dinas Perhubungan DKI Jakarta guna menangani kemacetan ini," ujar Direktur Utama PT MRT Jakarta, Dono Boestami, Kamis (10/10).

Dono berjanji, selama proses pembangunan MRT, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi agar masyarakat bisa tetap beraktivitas secara normal, meski mobilitasnya terganggu akibat pembangunan MRT.

Kepala Dinas Perhubungan Pemprov DKI Jakarta, Udar Pristono mengatakan, pihaknya telah membuat konsep Traffic Management During Construction.

Menurut Pristono, selama pembangunan MRT, memang bakal terjadi penyempitan jalan. Namun, ia memastikan, lebar jalan akan tetap dipertahankan dengan membelokkan jalan atau menggeser trotoar dan saluran air di beberapa titik.

Selain itu, Dishub DKI juga akan memberikan jalur alternatif yang bisa dipilih masyarakat, seperti pembangunan yang dilakukan di Jalan Fatmawati, maka jalur alternatifnya adalah jalan Antasari yang sudah dibuat Jalan Layang Non Tol (JLNT) hingga Blok M.

Selain itu, untuk pembangunan di sekitar Blok M hingga Jalan Sisingamangaraja, warga juga bisa dialihkan melewati jalan Tendean dan HR Rasuna Said guna mengantisipasi kemacetan di kawasan tersebut.

Titik rawan kemacetan

Pristono memperkirakan, titik rawan kemacetan selama pembangunan MRT berada di 13 wilayah yang akan menjadi stasiun, baik layang ataupun bawah tanah.

Penyempitan akibat pembangunan ini setidaknya akan mengambil satu lajur jalan. Tapi, ia memastikan, pelebaran jalan pun sudah dilakukan sebagai antisipasi.

Selain soal pengalihan jalan, ia juga memastikan bahwa proses memasukkan dan mengeluarkan alat saat pembangunan MRT dilakukan pada malam hari, yakni dari pukul 22.00-05.00 WIB. Cara ini, diyakini dapat mengurangi dampak kemacetan selama pembangunan berlangsung.

Menurut Pristono, Dishub DKI akan melakukan sosialisasi ke masyarakat secara intens mulai dari yang sifatnya hardware, seperti rambu2 lalu lintas, spanduk, pamflet dan lain sebagainya, hingga akan melakukan sosialisasi lewat media massa.

Hal lain yang mungkin akan diantisipasi pada pembangunan ini adalah pergeseran 6 lokasi halte Transjakarta sepanjang Sudirman-Thamrin.

"Pergeseran ini sifatnya situasional tergantung pembangunan nantinya. Tapi, kita pastikan fungsinya haltenya tetap tak berubah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×