Reporter: David Oliver Purba | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Pemerintah sepakat membentuk desk khusus investasi untuk sektor tekstil dan sepatu.
Ini untuk mengatasi maraknya pemutusan hubungan kerja di sektor industri padat karya ini.
Kesepakatan tersebut dihasilkan dalam rapat koordinasi lintas kementrian bersama Kemenko Perekonomian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Keuangan, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) serta asosiasi seperti Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), dan Asosiasi Pabrikan Sepatu Indonesia (Aprisindo), Jumat (2/10).
Kepala BKPM Franky Sibarani menjelaskan, pembentukan desk khusus investasi tersebut dimaksudkan sebagai upaya pemerintah memfasilitasi investor existing di sektor tekstil dan sepatu dalam menghadapi permasalahan sehingga dapat mencegah terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK).
Menurutnya desk khusus ini merupakan bentuk kehadiran negara dalam memfasilitasi permasalahan yang dihadapi investor existing.
“Desk khusus investasi ini merupakan bentuk perhatian pemerintah terhadap investor existing yang menghadapi masalah akibat pertumbuhan ekonomi yang melambat,” ujar Franky dalam siaran resmi yang diterima, Jumat(2/10).
Franky menambahkan cara kerja desk khusus investasi tekstil dan sepatu ini dengan menampung dan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh pelaku usaha di kedua sektor tersebut.
Selanjutnya, tim lintas kementerian akan memilah permasalahan yang perlu segera diatasi, termasuk permasalahan yang terkait dengan pemerintah daerah.
Namun, tidak menutup kemungkinan desk khusus investasi ini juga akan melakukan inisiatif usulan kebijakan pemberian insentif untuk mendorong kinerja kedua sektor termasuk peningkatan ekspor.
Desk khusus ini juga diharapkan mampu menyelesaikan anomali investasi khususnya yang terjadi di sektor tekstil.
Anomali ini yakni pada satu sisi kalangan industri tekstil menyuarakan adanya permasalahan hingga menyebabkan adanya PHK hingga 39.000 orang karyawan, namun di sisi lain, BKPM juga mencatat geliat investasi di sektor ini terus berjalan dan mengalami kenaikan.
BKPM mencatat, pada semester I 2015 industri garmen di Jawa Tengah masih kekurangan tenaga kerja hingga 8.000 orang.
Selain itu sepanjang semester I 2015 realisasi investasi untuk sektor tekstil masih tumbuh positif, naik 58% sebesar Rp 3,88 triliun dibandingkan semester 1 2014.
Realisasi investasi seluruh sub sektor tekstil pada semester I 2015 juga tumbuh positif, yaitu industri pengolahan serat tekstil tumbuh 213% sebesar Rp 2,40 triliun dari 82 proyek, industri pertenunan tekstil tumbuh 613% sebesar Rp 163 miliar dari 25 proyek, industri pakaian jadi tumbuh 16% sebesar Rp 941 miliar, dan industri perlengkapan pakaian tumbuh 563% sebesar Rp 216 miliar dari 15 proyek.
Sementara itu, realisasi investasi untuk sektor alas kaki pada semester I 2015 tumbuh 613% sebesar Rp 759 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dari 69 proyek.
Dari sisi potensi ekspor sektor tekstil dan alas kaki Indonesia masih cukup besar karena pada tahun 2014 ekspor tekstil dan pakaian jadi Indonesia hanya 1,85% dari nilai pasar global sebesar US$ 700 miliar.
Demikian pula dengan sektor alas kaki di mana ekspor Indonesia hanya tumbuh 4% dari nilai pasar global sebesar US$ 100 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News