Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa diminta secara ksatria untuk meletakkan jabatannya sebagai salah seorang pembantu presiden. Apalagi, Marty dianggap sebagai salah seorang pembantu presiden yang mengedepankan prinsip asal bapak senang (ABS), padahal membohongi rakyat.
"Contoh nyata, saat Duta Besar Saudi Arabia menyatakan Marty berbohong dengan mengatakan pemerintah Arab meminta maaf. Padahal tidak, ini adalah tipe pembantu presiden yang ABS, tak sesuai kenyataan," kata anggota Migrant CARE, Wahyu Susilo kepada Tribunnews.com di Jakarta, Sabtu (25/6/2011).
Tak hanya soal kebohongan publik, Marty Natalegawa dianggap tak mampu menangani setiap permasalahan TKI di luar negeri. Kasus Ruyati, adalah contoh yang paling konkrit.
"Bagi kami, Menlu Marty Natalegawa adalah menteri yang gagal. Kami takut, setiap masalah TKI, dia berbohong lagi. Lebih baik, presiden ganti menterinya karena bagi kami juga, dia sudah beberapa kali melakukan kebohongan," urainya.
Dijelaskan, saat Duta Besar Indonesia untuk Saudi Arabia menjelaskan kepada Komisi I DPR, kebohongan Menlu Marty Natalegawa terungkap. Saat ini, katanya, sang dubes mengatakan saat menjalani proses hukum, Ruyati hanya didampingi oleh staf kedutaan saja.
"Tapi Pak Marty mengatakan, Ruyati didampingi pengacara.Berartikan, bohong lagi. Jadi, untuk apa mempertahankan seorang menteri yang suka berbohong dan melaporkan, asal bapak senang saja," sergahnya. (Tribunnews)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News