CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Di pemilu 2014, transaksi mencurigakan naik 125%


Senin, 23 Juni 2014 / 10:42 WIB
Di pemilu 2014, transaksi mencurigakan naik 125%
ILUSTRASI. Harga emas Antam naik lagi menjadi Rp 1.040.000 per gram pada Rabu (25/1)


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Hasil riset Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menemukan adanya peningkatan jumlah transaksi mencurigakan yang mencapai 125%. Wakil Ketua PPATK Agus Santoso mengatakan, besarnya peningkatan tersebut terhitung sejak dua tahun menjelang Pemilihan Umum tahun 2014.

"Pada tahun lalu PPATK lakukan riset tipologi potensi penyimpangan Pileg atau Pilkada. Berdasarkan hasil riset PPATK mengenai Pileg dan Pilkada tersebut ternyata ditemukan dua tahun menjelang, ditemukan transaksi mencurigakan sampai 125%," kata Agus saat ditemui di kediamannya di Jakarta, Minggu (22/6) malam.

Dalam satu rekening kata Agus, ada transaksi mencurigakan yang nilainya mencapai Rp 11 miliar. Pihaknya menduga transaksi senilai Rp 11 miliar tersebut berkaitan dengan jual beli kursi dalam Pileg yang melibatkan kepala daerah incumbent atau petahana.

Lebih lanjut menurut Agus, temuan lainnya sebanyak 300 kepala daerah terindikasi melakukan pelanggaran hukum. Modus korupsi yang dilakukan para kepala daerah yakni dengan memanfaatkan para stafnya sehingga muncul korupsi yang terorganisasi.

"Yang menarik kalau calon terlapor di PPATK ternyata ketika terpilih masih tetap berstatus terlapor sehingga kita dapat pelajaran dua hal, jangan pilih calon legislatif kotor karena pasti tetap kotor," tambah Agus.

Agus juga menyebutkan, ada kecenderungan dana kampanye para caleg petahana diperoleh dari korupsi. Misalnya, penyimpangan dalam pengelolaan dan bantuan sosial dan hibah pendidikan. Modusnya kata Agus, dengan membuat koperasi yang mati menjadi hidup kembali dengan jaket baru hingga LSM bentukan baru. "Itu kita temukan juga uang-uang itu digunakan untuk money politics ketimbang tujuan mulia untuk bantuan sosial dan lain-lain," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×