Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID–JAKARTA. Aliran modal asing ke pasar Indonesia sempat mengalami tekanan akibat aksi unjuk rasa yang berujung kerusuhan di kawasan Gedung DPR RI Senayan, Jakarta, dan sejumlah daerah pada Kamis–Jumat pekan lalu.
Tekanan ini mendorong aksi jual asing dan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga pelemahan rupiah.
IHSG ditutup melemah 1,5% ke level 7.830,04 pada Jumat (29/8/2025), turun 0,36% secara mingguan. Dana asing juga tercatat keluar dari pasar saham Indonesia sebesar Rp 1,12 triliun di seluruh pasar.
Selain itu, tekanan terhadap rupiah juga terlihat saat hari-hari menjelang unjuk rasa.
Baca Juga: Aksi Jual Asing Masih Jadi Penghambat Saham Bank
Misalnya pada Rabu 27 Agustus, rupiah melemah 69 poin menjadi Rp 16.368 per dolar AS menjelang aksi Kamis.
Berlanjut pada Jumat, 29 Agustus 2025 melemah hampir 1%, mencapai level terendah sejak 1 Agustus di kisaran Rp 16.475 per dolar AS.
Meski begitu, Global Market Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, mengatakan, sebelumnya pasar saham dan obligasi masih mencatatkan aliran dana masuk atau capital inflow.
Pada pasar obligasi negara, tenor pendek dua tahun mencatatkan yield turun lebih dari 10 basis poin, namun untuk tenor 10 tahun masih banyak yang dimasuki oleh investor asing.
"Kalau dari pergerakan dana asing untuk awal pekan ini (proyeksi) di Senin, Selasa kelihatannya profit taking (jual asing) masih akan terjadi," ungkap Myrdal kepada Kontan, Senin (1/9/2025).
Baca Juga: Aksi Jual Asing Berlanjut, Investor Lokal Masuk, Cermati Proyeksi IHSG
Berdasarkan data Bank Indonesia pada transaksi 25–28 Agustus 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 0,25 triliun, terdiri dari jual neto di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp 10,79 triliun, serta beli neto sebesar Rp 2,62 triliun di pasar saham dan Rp 7,93 triliun di pasar SBN.
Selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen sampai dengan 28 Agustus 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 48,01 triliun di pasar saham dan Rp 94,28 triliun di SRBI, serta beli neto sebesar Rp 76,44 triliun di pasar SBN.
Myrdal sendiri masih optimistis investor asing akan kembali masuk ke pasar Indonesia dengan strategi buy on weakness, mengingat prospek domestik yang kondusif dan peluang The Fed memangkas suku bunga 25 basis poin pada September.
“Banyak investor mencari aset investasi yang menarik, dan Indonesia masuk dalam kategori itu. Jadi kemungkinan besar aliran dana asing akan kembali deras ke saham maupun obligasi,” tambahnya.
Baca Juga: Menadah Peluang dari Aksi Jual Asing
Sementara itu, instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dinilai kurang menarik bagi investor. Pada lelang pekan lalu, pemerintah disebut Myrdal hanya menyerap dana Rp 10,3 triliun.