kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Demi ekonomi, tarif listrik dan BBM dilarang naik


Rabu, 05 Agustus 2015 / 19:27 WIB
Demi ekonomi, tarif listrik dan BBM dilarang naik


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Ekonom Standard Chartered Eric Sugandhi menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk keseluruhan 2015 tumbuh 4,9%. Untuk bisa tumbuh ke arah 5% pada semester kedua 2015, pemerintah benar-benar harus menjaga daya beli masyarakat.

Maka dari itu, menurutnya, pemerintah perlu menjaga kebijakannya untuk tidak menaikkan terlebih dahulu tarif ataupun harga yang bisa mengganggu daya beli seperti tarif dasar listrik pada semester kedua. Pertumbuhan konsumsi masyarakat yang susut ke 4,97% pada triwulan kedua dikarenakan efek kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan listrik pada Maret 2015.

Di sisi lain, pemerintah harus merealisasikan belanjanya, terutama belanja infrastruktur. Kalau belanja infrastruktur bisa terserap tahun ini, setidaknya efek terhadap ekonomi tahun depan bisa terasa. "Untuk efek ke ekonomi tahun ini sudah telat dan tidak bisa optimal," ujarnya ketika dihubungi KONTAN, Rabu (5/8).

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 4,67% pada triwulan kedua 2015, terendah sejak 2011. Sebelumnya pada triwulan pertama ekonomi Indonesia tumbuh 4,72%. Alhasil selama semester pertama 2015 ekonomi Indonesia tumbuh 4,7%, lebih rendah dari ekonomi paruh pertama 2014 yang tumbuh 5,08%.

Menilik lebih jauh, hampir semua komponen pengeluaran penopang pertumbuhan ekonomi loyo mulai dari konsumsi rumah tangga hingga ekspor. Pertama, pengeluaran konsumsi rumah tangga. Meskipun terdapat periode puasa yang mulai pada pertengahan Juni, konsumsi rumah tangga pada triwulan II ternyata terkontraksi ke bawah.

Konsumsi rumah tangga triwulan II tumbuh 4,97% bila dibanding periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan 4,97% ini lebih rendah dibanding pertumbuhan tahunan triwulan II 2014 yang tumbuh 5,14%. Ditarik dari periode-periode sebelumnya, konsumsi rumah tangga mengalami penurunan yang konsisten sejak tahun lalu.

Triwulan pertama 2014 konsumsi rumah tangga tumbuh 5,35%, lalu turun ke 5,14% pada triwulan kedua, 5,08% pada triwulan tiga, dan 5,01% pada triwulan keempat 2014. Dengan tumbuh 4,97% jelas terjadi penurunan daya beli masyarakat yang signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×