kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.237.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.640   3,00   0,02%
  • IDX 8.044   -17,24   -0,21%
  • KOMPAS100 1.114   -2,28   -0,20%
  • LQ45 784   -9,49   -1,20%
  • ISSI 282   1,25   0,44%
  • IDX30 411   -4,49   -1,08%
  • IDXHIDIV20 468   -6,38   -1,35%
  • IDX80 122   -0,32   -0,26%
  • IDXV30 133   0,84   0,63%
  • IDXQ30 130   -1,49   -1,14%

Deindustrialisasi Dini Menahan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2024, Ini Sebabnya


Jumat, 28 Juli 2023 / 10:49 WIB
Deindustrialisasi Dini Menahan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2024, Ini Sebabnya
ILUSTRASI. Deindustrialisasi dini akan menahan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak bisa lebih dari 5% di tahun 2024.KONTAN/Fransiskus SImbolon/


Reporter: Nindita Nisditia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Deindustrialisasi dini menjadi salah satu faktor utama yang akan menahan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak bisa lebih dari 5% di tahun 2024.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebut, kontribusi sektor manufaktur Indonesia hanya menyentuh angka 18,3%, dari yang sebelumnya pernah mencapai 32%, menujukkan Indonesia tengah mengalami deindustrialisasi dini.

Direktur Eksekutif Center of Reform Economic (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, deindustrialisasi menjadi petunjuk bahwa pertumbuhan industri dari suatu negara semakin melambat, sehingga pertumbuhan industri manufaktur ada di bawah pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB).

Baca Juga: Terjebak Pertumbuhan 5% Akibat Deindustrialisasi

Dia juga menyebut, deindustrialisasi di Indonesia dikatakan dini karena belum pernah mencapai tingkat industrialisasi yang matang.

"Jadi kalau negara-negara yang sudah negara maju di Eropa, di Amerika, nah mereka itu deindustrialisasi juga. Jepang juga deindustrialisasi. Tapi mereka sudah deindustrialisasi itu terjadi setelah mencapai tahap industrialisasi yang matang," kata Faisal kepada Kontan.co.id, Kamis (27/7).

Faisal menjelaskan, meskipun pertumbuhan ekonomi di negara maju rendah, industrialisasi yang tinggi di negara-negara tersebut mengangkat tingkat kesejahteraan masyarakatnya.

"Untuk bisa mencapai pertumbuhan seperti yang ditargetkan pemerintah dalam rencana jangka panjang itu 6% atau bahkan 7%, itu memang harus industri lagi yang didorong lebih tinggi pertumbuhannya, kalau bisa double digit," lanjutnya.

Ekonom CORE Yusuf Rendy Manilet juga mengatakan, kinerja dari industri manufaktur yang mengalami penurunan akan berdampak terhadap kinerja pertumbuhan ekonomi. Dia bilang, ketika sektor industri bisa tumbuh di atas kisaran 7%, secara tidak langsung akan ikut mengerek pertumbuhan ekonomi nasional.

Selain akan menahan laju pertumbuhan ekonomi nasional, Yusuf menjelaskan deindustrialisasi dini juga akan berdampak pada kemampuan sektor industri manufaktur dalam menyerap angkatan kerja.

"Kita tahu bersama bahwa karakteristik dari sektor industri manufaktur adalah bisa menyerap angkatan kerja dalam jumlah yang besar, penurunan kinerja dari industri manufaktur akhirnya juga ikut berdampak dalam potensi sektor ini untuk menyerap lapangan kerja," katanya.

Baca Juga: Kemenperin Terus Mendorong Penguatan Industri Halal dalam Negeri

Dia berpendapat, struktur tenaga kerja industri manufaktur merupakan salah satu lapangan usaha yang sangat cocok dengan karakteristik angkatan kerja, hingga diperlukan upaya untuk mendorong industri manufaktur. 

Selain menjadi salah satu solusi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, di saat yang bersamaan juga bisa menyelesaikan masalah pengangguran di dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×