kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.295   -200,00   -1,24%
  • IDX 6.977   -130,64   -1,84%
  • KOMPAS100 1.042   -22,22   -2,09%
  • LQ45 818   -15,50   -1,86%
  • ISSI 213   -3,84   -1,77%
  • IDX30 417   -9,14   -2,14%
  • IDXHIDIV20 504   -9,85   -1,92%
  • IDX80 119   -2,45   -2,02%
  • IDXV30 125   -2,38   -1,87%
  • IDXQ30 139   -2,59   -1,83%

Sejumlah Faktor Ini Berpotensi Membuat Ekonomi Indonesia Tumbuh Melambat pada 2023


Sabtu, 01 April 2023 / 10:06 WIB
Sejumlah Faktor Ini Berpotensi Membuat Ekonomi Indonesia Tumbuh Melambat pada 2023
Aktivitas bongkar muat kontainer berlangsung di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (15/12/2022). Sejumlah Faktor Ini Berpotensi Membuat Ekonomi Indonesia Tumbuh Melambat pada 2023.


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. World Bank memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2023 tumbuh melambat di level 4,9%. Adapun DBS Bank juga memperkirakan tahun ini ekonomi Indonesia hanya tumbuh sekitar 5%. Angka itu tentunya di bawah pencapaian tahun lalu sebesar 5,3%. 

Terkait hal itu, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan ada sejumlah faktor yang memengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini.

Pertama, kata dia, ekspor tahun-tahun sebelumnya menunjukkan pertumbuhan yang relatif signifikan, tetapi hal itu tak akan terjadi lagi pada tahun ini.

"Diperkirakan tahun ini pertumbuhannya akan melambat karena penyesuaian beberapa harga komoditas. Penyesuaian terjadi pada komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia, seperti batubara dan Crude Palm Oil (CPO)," ucap dia kepada KONTAN.CO.ID, Jumat (31/3).

Baca Juga: Bank Dunia Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2023 Sekitar 4,9%

Yusuf menilai pemulihan ekonomi global masih akan mendorong kenaikan permintaan terhadap komoditas tersebut. Namun, tingkat kenaikannya tidak akan setinggi seperti terjadi windfall komoditas pada tahun lalu. 

Faktor lainnya, dia menyebut adanya konsolidasi fiskal membuat belanja pemerintah mengalami penurunan. Beberapa pos yang berkaitan dengan daya beli, seperti bantuan sosial (bansos), mengalami penyesuaian anggaran jika dibandingkan dengan tahun lalu. 

"Artinya, ada kelompok masyarakat yang tidak akan mendapatkan kembali bansos Covid-19 seperti 3 tahun terakhir. Dengan demikian, kondisi tersebut yang akhirnya mendorong mereka untuk melakukan penyesuaian pengeluaran," ujar dia.

Yusuf menjelaskan faktor berikutnya yang memengaruhi ekonomi Indonesia, yakni era suku bunga tinggi. Dipicu kondisi suku bunga acuan bank sentral yang posisinya berada lebih tinggi jika dibandingkan 3 tahun ke belakang. 

"Suku bunga yang tinggi merupakan respons kebijakan untuk menahan laju inflasi agar berada pada track yang ditargetkan pemerintah. Namun, konsekuensinya adalah cost of fund menjadi lebih mahal," ungkapnya.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa Melambat

Dia berpendapat hal itu akan berimbas kepada para pelaku usaha untuk berpikir dua kali jika ingin melakukan investasi atau ekspansi sekarang.

Faktor terakhir, Yusuf menilai karena adanya tahun politik. Umumnya, ketika tahun politik, para investor atau pelaku usaha berkecenderungan melakukan konsolidasi, lalu wait and see terkait sosok yang terpilih untuk meneruskan kepemimpinan selanjutnya. 

"Saya mengira hal itu juga akan berdampak pada rencana investasi yang ingin mereka lakukan," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×