kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Deflasi lagi, kombinasi mini daya beli dan pasokan


Rabu, 02 September 2020 / 06:25 WIB
Deflasi lagi, kombinasi mini daya beli dan pasokan


Reporter: Bidara Pink | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang Agustus 2020 terjadi penurunan harga atau deflasi sebesar 0,05%. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 2020 sebesar -0,05% secara bulanan atau month to month (mom). Angka deflasi ini kali kedua sepanjang 2020 setelah Juli 2020, saat IHK juga mengalami deflasi sebesar 0,10%.

Alhasil, laju inflasi dari awal tahun sampai Agustus kemarin mencapai 0,93% ytd. Sedangkan inflasi selama setahun terakhir atau year on yar (yoy) sebesar 1,32%.

Kepala BPS Kecuk Suhariyanto menjelaskan, deflasi terjadi lantaran pandemi korona Covid-19 belum ada tanda-tanda berakhir. Ia menyebut kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi merata di seluruh dunia.

"Pandemi menyebabkan lemahnya daya beli, sehingga hampir seluruh negara mengalami perlambatan inflasi bahkan deflasi. Kita sadar kalau Covid-19 ini menghantam seluruh lapisan masyarakat," katanya, Selasa (1/9).

Baca Juga: Kembali terjadi deflasi, BI perkirakan inflasi 2020 bisa di bawah 2%

Selain melemahnya daya beli akibat Covid-19, deflasi terjadi karena pasokan barang yang terjamin dari penerapan berbagai kebijakan pemerintah. Seperti kita tahu pemerintah menggelontorkan berbagai subsidi di program pemulihan ekonomi nasional (PEN).

Ia berharap, program PEN bisa membuat ekonomi kembali normal. Namun untuk meningkatkan daya beli tetap membutuhkan waktu.

Baca Juga: Inflasi 1,32% yoy pada Agustus 2020, terendah sejak dua dekade lalu

Peneliti ekonomi senior Institut Kajian Strategis (IKS) Eric Sugandi menilai kalau deflasi pada Agustus 2020 terjadi karena kombinasi dari peningkatan pasokan barang dan jasa selama pemberlakuan adaptasi kebiasaan baru (AKB) dan masih lemahnya permintaan barang dan jasa oleh rumah tangga.

Eric sebenarnya program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sudah mencakup program pemulihan daya beli masyarakat, bahkan bisnis, dan usaha kecil menengah (UMKM) juga mampu mengungkit daya beli. "Tinggal bagaimana mempercepat penyaluran dana PEN," imbuh Eric kepada KONTAN, (1/9).

Baca Juga: BPS: Deflasi Agustus 2020 didorong komponen harga bergejolak

Selain dengan program yang telah digulirkan oleh pemerintah, Eric menilai kalau pembukaan sektor perekonomian secara bertahap bisa membantu memulihkan daya beli.

Sedangkan Bank Indonesia (BI) memprediksi inflasi pada keseluruhan tahun ini bisa di bawah batas bawah target sasaran inflasi BI yang sebesar 2% - 4%. "Kami meyakini inflasi akhir  tahun 2020 akan di bawah batas bawah kisaran sasaran inflasi. Yakni di bawah 2%," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo  saat paparan di Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.

Sementara untuk proyeksi tahun 2021, Perry masih optimistis kalau inflasi masih akan tetap terkendali seiring dengan konsistensi kebijakan bank sentral untuk berkoordinasi bersama pemerintah dalam menjaga stabilitas harga.

Sehingga bank sentral memproyeksikan sepanjang tahun 2021 nanti, inflasi diperkirakan akan berada dalam target sasaran inflasi BI tahun depan yang berkisar antara  3% plus minus 1%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×