Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Mandiri memperkirakan akan ada defisit kecil pada neraca transaksi berjalan pada kuartal I-2021, setelah pada kuartal IV-2020 neraca transaksi berjalan mencetak surplus US$ 0,8 miliar atau setara 0,3% Produk Domestik Bruto (PDB).
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) akan sebesar US$ 850 juta atau setara 0,3% PDB.
“Defisit kecil ini disebabkan oleh perbaikan pada impor pada kuartal I-2021 seiring dengan adanya progres pemulihan ekonomi,” jelas Faisal kepada Kontan.co.id, Senin (17/5).
Meski begitu, Faisal masih percaya diri Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) masih akan membukukan surplus di kisaran US$ 0 miliar hingga US$ 1 miliar.
Baca Juga: Kuartal II-2021, pemerintah akan tarik utang baru Rp 323,4 triliun
Pasalnya CAD relatif rendah dan ada arus modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik baik dalam bentuk foreign direct investment (FDI) maupun portofolio.
Tak hanya itu, cadangan devisa juga dilaporkan meningkat ke posisi US$ 137,1 miliar pada akhir kuartal I-2021. Ini lebih tinggi dari posisinya pada akhir tahun 2020 yang sebesar US$ 135,9 miliar.
Sementara untuk keseluruhan tahun 2021, Faisal memperkirakan CAD akan meningkat ke kisaran 1,88% PDB, setelah pada akhir tahun 2020 tercatat di posisi 0,45% PDB.
Melebarnya CAD ini seiring dengan perbaikan ekonomi yang akan berlanjut hingga akhir tahun sehingga berpotensi meningkatkan impor, khususnya impor bahan baku dan barang modal.
Tak hanya itu, progres vaksinasi yang terus berjalan juga akan membukukan impor vaksin yang menyumbang nilai impor.
Akan tetapi, pelebaran CAD masih tertahan kinerja ekspor yang solid, seiring dengan tingginya harga komoditas global dan pemulihan ekonomi di beberapa negara mitra dagang seperti China dan Amerika Serikat (AS).
Sementara itu, NPI diperkirakan masih akan mencetak surplus di kisaran US$ 5 miliar hingga US$ 7 miliar. Surplusnya meningkat dari US$ 2,60 miliar pada akhir tahun 2020.
Hal ini didorong oleh masih terkendalinya CAD dan harapan akan kembali normalnya aliran modal asing di neraca finansial setelah ekonomi mulai pulih.
Baca Juga: Para ekonom memprediksi BI akan tahan suku bunga acuan
Aliran modal asing ini yang juga akan mendorong cadangan devisa untuk menggendut di kisaran US$ 140 miliar hingga US$ 142 miliar hingga akhir tahun.
Akan tetapi, Faisal tetap mengingatkan adanya risiko terkait ketidakpastian dari pemulihan ekonomi AS yang bisa memberi potensi keluarnya modal asing dari pasar keuangan domestik.
Tak hanya itu, varian baru Covid-19 yang berkembang di negara-negara Asia juga bisa menjadi risiko besar bagi perekonomian Indonesia.
Namun, Faisal tetap optimistis Indonesia mampu bertahan seiring dengan manajemen fiskal yang mumpuni, stabilnya nilai tukar rupiah, serta implementasi UU Cipta Kerja dan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) yang bisa mengundang arus modal asing untuk masuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News