CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Defisit mencapai Rp 45,7 triliun, APBN 2021 masih dihantam banyak tantangan


Selasa, 23 Februari 2021 / 20:13 WIB
Defisit mencapai Rp 45,7 triliun, APBN 2021 masih dihantam banyak tantangan
ILUSTRASI. ilustrasi anggaran pendapatan dan belanja negara APBN


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat posisi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun anggaran 2021 sepanjang Januari lalu sebesar Rp 45,7 triliun. 

Pencapaian defisit APBN dalam satu bulan pertama tahun ini setara dengan 0,26% terhadap produk domestik bruto (PDB) atau tumbuh tipis dari posisi periode sama tahun lalu yakni 0,23% dari PDB. Adapun di tahun ini outlook defisit anggaran mencapai 5,7% dari PDB.

Dalam laporan APBN, realisasi penerimaan negara pada Januari 2021 sebesar Rp 100,1 triliun kontraksi 4,8% year on year (yoy). Sementara, realisasi belanja negara sebesar Rp 145,8 triliun, tumbuh 4,2% yoy. 
Kemudian, realisasi pembiayaan sepanjang Januari 2021 sebesar Rp 165,9 triliun tumbuh 140,7% secara tahunan. 

“Dari sisi belanja APBN sebagai instrumen fiskal yang melakukan akselerasi pemulihan dan terlihat di dalam belanja yaitu semua tumbuh positif dibandingkan Januari tahun lalu,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati saat Konferensi Pers APBN 2021 Periode Januari, Selasa (23/2).

Baca Juga: Naik lagi, pagu anggaran PEN 2021 nyaris mencapai Rp 700 triliun

Kepala Ekonom Indo Premier Sekuritas Luthfi Ridho menilai APBN 2021 masih akan menghadapi tantangan ke depan. Menurutnya, penerimaan pajak diperkirakan tahun ini masih akan sulit tumbuh positif, sebab mayoritas korporasi masih dalam masa krisis. 

Hal ini tercermin dari realisasi penerimaan PPh Badan pada bulan lalu yang kontraksi dalam hingga 54,44% yoy. Padahal, jenis pajak ini merupakan kontributor terbanyak penerimaan pajak berdasarkan jenis pajak. 

Dari sisi belanja negara, Luthfi mengatakan seharusnya pemerintah bisa lebih mengoptimalkan penyerapan di kuartal I-2021. Hal ini mengingat dampak pandemi virus corona yang masih terasa dan berlanjutnya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Di sisi lain, Luthfi mengatakan pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan APBN untuk mendorong ekonomi. Namun juga tetap memastikan perbaikan iklim investasi dan meningkatkan ekspor. 

Selain itu terpenting pengendalian virus corona termasuk program vaksinasi yang harus berhasil. Adapun Luthfi memprediksi ekonomi Indonesia di kuartal I-2021 sebesar 3% yoy. 

Selanjutnya: Baru satu bulan mengarungi tahun 2021, defisit APBN sudah mencapai Rp 45,7 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×