Reporter: Bambang Rakhmanto | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Penyerapan Bulog terhadap pasokan beras dari masyarakat turun, tahun ini. Bulog hanya mampu menyerap 1,8 juta ton, padahal tahun lalu mencapai 3,8 juta ton. Penurunan ini diduga karena ada perpanjangan tangan dari para tengkulak.
Anggota Badan Anggaran, Eki Awal Muharam mengatakan, adanya kelemahan dari manajemen Bulog yang menyebabkan turunnya daya serap. "Selisih dari 1,8 juta 2010 dengan 3,8 juta ton pada 2009 dikuasai para tengkulak," ujar Eki, dalam rapat Badan Anggaran DPR, Menteri Keuangan, dan Bulog, Selasa, (6/12).
Lanjut Eki, seandainya Bulog sukses menyerap, tidak ada penurunan produksi, dan tidak akan jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Sebagai indikasi, harga beras tinggi saat ini, namun penyerapan rendah, padahal produksi cukup besar.
Dia menduga campur tangan tengkulak karena banyak rekanan bulog yang bukan petani.
Namun, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, turunnya daya serap itu karena produksi petani yang melemah. "Pada 2010 ada resiko ketahanan pangan yang di sebabkan bencana alam, ini terjadi bukan hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri," ujarnya.
Agus menyebut la nina berdampak terhadap masa panen, sehingga selanjutnya akan mengantisipasi hal ini. Pada Agustus ada gejolak harga pangan, sehingga ada rencana raskin 13. Hal ini sudah dirapatkan pada Menko dan disetujui presiden.
"Membutuhkan Rp 1,228 triliun, dan pemerintah dibutuhkan untuk merealokasi cadangan pemerintah tersebut," paparnya.
Senada dengan Menkeu, Kepala Bulog Soetarto Alimusa menjelaskan rendahnya produksi tahun ini akibat bencana alam dan sudah masuk musim penghujan yang berkontribusi menurunkan produksi beras pada petani.
Penurunan produksi ini mendorong pemerintah untuk melakukan impor guna memenuhi kebutuhan pangan nasional. Lanjut Soetarto, pada 2008 dan 2009, Indonesia tidak impor karena terjadi peningkatan produksi diatas 5 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News