Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. China menetapkan target pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sebesar 6,5%, turun tipis dari target sebelumnya 6,5%-7% atau turun dari pencapaian pertumbuhan pada 2016 lalu sebesar 6,7%. Target 6,5% merupakan yang terendah dalam 25 tahun terakhir.
Bagi Indonesia, ditetapkannya target dari negara dengan ekonomi terbesar kedua dunia ini dinilai tidak berpengaruh banyak. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai bahwa bila target hanya dipangkas menjadi 6,5% tidak besar dampaknya.
“Kalau perubahan agak besar, 0,5% akan ada pengaruhnya terhadap perdagangan,” kata Darmin saat ditemui di Gedung Kementerian Keuangan, Senin (6/3).
Menurut Darmin, turunnya target pertumbuhan ekonomi China ini memang cakupannya hanya antara China dan Amerika Serikat, “Itu mestinya masih antara mereka dan Amerika Serikat mungkin ya,” ujarnya.
Perdana Menteri China Li Keqiang dalam laporannya di Kongres Rakyat Nasional, Minggu (5/3) menjelaskan bahwa target ini ditetapkan dengan alasan stabilitas ekonomi. Ekonomi dunia yang masih lesu dan pengaruh proteksionisme Amerika Serikat.
Pemerintah China akan berupaya mendinginkan pasar perumahan, memperlambat kredit baru serta bergantung pada konsumsi domestik dan investasi swasta untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Dengan target pertumbuhan ekonomi 6,5%, pemerintah China yakin bahwa tidak ada masalah dengan lapangan pekerjaan
Upaya lain yang akan dilakukan pemerintah China untuk menjaga ekonominya adalah dengan mendorong reformasi aset BUMN tahun ini. Reformasi akan dilakukan di lebih dari 100 perusahaan yang dikelola pemerintah pusat dan ditargetkan rampung pada akhir tahun.
Dalam beberapa bulan terakhir, China jugak menaikan secara bertahap suku bunga untuk beberapa fasilitas pinjaman guna mewaspadai risiko sistemik keuangan yang dapat terjadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News