Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) hingga sekarang ini masih mempertahankan kebijakan moneter ketat dengan BI rate atawa suku bunga di level 7,5%.
Mantan pemimpin otoritas moneter Darmin Nasution berpendapat, kebijakan suku bunga tidak bisa serta merta segera diturunkan.
Meskipun kondisi fundamental Indonesia yaitu neraca dagang pada triwulan IV 2013 menunjukkan perbaikan yang sangat signifikan, tetap perlu melihat konteks tujuan yang ingin dicapai. Menurut Darmin, kebijakan moneter dan fiskal harus sejalan.
"Kalau pasar membaca adanya pertentangan, pasti pasar akan bereaksi negatif," ujar Darmin di Jakarta, Kamis (6/2). Dalam hal ini BI dan pemerintah memiliki tujuan yang sama untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke level yang lebih sehat.
Karena itu, BI pun menaikkan suku bunganya, mengimbangi kebijakan pemerintah yang memang ingin melambatkan pertumbuhan dengan melakukan stabilisasi.
Memang dalam hal ini, menurut Darmin, BI tidak mempunyai pilihan yang cukup untuk memilih selain menaikkan suku bunga.
Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) ini menambahkan, sudah dari 3-4 tahun lalu pemerintah mengetahui permasalahan defisit transaksi berjalan. Hanya saja antisipasinya lamban. "Kejepit dulu baru sadar," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News