kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Daripada dibatasi, BBM sebaiknya dikelompokkan


Kamis, 19 Januari 2012 / 18:58 WIB
ILUSTRASI. Dok. PT Dafam Hotel Management (DHM)


Reporter: Astri Kharina Bangun | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Alih-alih melakukan pembatasan subsidi bahan bakar minyak (BBM), pemerintah bisa menerapkan kebijakan mengelompokkan harga BBM ke dalam tiga jenis harga. Ketiga jenis tersebut menurut Ekonom Universitas Gajah Mada Tony Prasetiantono terdiri dari harga subsidi penuh (fully subsidized), subsidi sebagian (partially subsidized), dan harga subsidi (non-subsidized).

Tony memaparkan BBM subsidi penuh harganya Rp 4.500 per liter dan hanya khusus untuk motor. BBM Subsidi sebagian harganya Rp 6.500 per liter atau Rp 6.500 per liter untuk kendaraan umum. Sedangkan BBM non-subsidi (Pertamax) sebesar Rp 8.000 per liter diperuntukkan bagi mobil atau kendaraan pribadi roda empat.

"Ini untuk menjembatani kontroversi BBM bersubsidi yang salah alokasi. Selain itu, lebih simple dibandingkan kalau subsidi dibatasi. Pembatasan itu akan rawan kerusuhan," kata Tony, Kamis (19/1).

Menurut Tony, subsidi BBM diarahkan untuk melindungi masyarakat yang rentan. Dari pengguna kendaraan bermotor, Tony melihat yang rentan itu adalah masyarakat pengguna sepeda motor.

"Memang ada orang kaya naik motor, tapi kecil jumlahnya. Jadi bisa terekspresikan 90% pengendara motor itu yang rentan. Jadi, menurut saya daripada kita buat skema yang macam-macam pengawasannya, lebih baik kalau motor ya tidak dinaikkan. Tapi untuk motor saja, yang pakai mobil tidak boleh," kata Tony.

Ia menambahkan, pemerintah sebaiknya melakukan kebijakan fiskal yang sehat. Subsidi yang BBM yang besar, sampai Rp 150 triliun pada 2012, lebih baik dialokasikan untuk membiayai pembangunan infrastruktur dan bisa berkontribusi untuk meningkatkan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×