kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Danareksa Research Institute prediksi neraca dagang Oktober defisit US$ 320 juta


Rabu, 13 November 2019 / 19:31 WIB
Danareksa Research Institute prediksi neraca dagang Oktober defisit US$ 320 juta
ILUSTRASI. Pekerja beraktivitas di area bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (17/10/2019).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Danareksa Research Institute (DRI) memprediksi neraca dagang pada Oktober 2019 akan mengalami defisit sebesar US$ 320 juta atau sebesar US$ 0,32 miliar atau lebih tinggi dari defisit pada bulan September 2019 yang sebesar US$ 161 juta.

Hal ini disebabkan oleh ekspor pada bulan Oktober 2019 yang diproyeksikan sebesar US$ 15,0 miliar dan impor yang lebih tinggi, yaitu mencapai US$ 15,4 miliar.

Baca Juga: Pokja IV tunggu laporan BKPM soal potensi investasi Rp 700 triliun yang mandek

Menurut hasil rilis DRI tentang proyeksi neraca dagang edisi November 2019, kondisi impor yang lebih tinggi dari ekspor ini disebabkan oleh permintaan domestik yang rendah, harga minyak dunia yang meningkat, dan kestabilan nilai tukar rupiah.

Lalu, bila melihat dari kondisi ekspor Oktober 2019, DRI memproyeksi ekspor akan membaik seiring dengan perbaikan prospek ekonomi dan peningkatan harga komoditas. Hal ini juga tercermin dari Legal Entity Identifier (LEI) beberapa negara partner dagang Indonesia yang mengalami peningkatan di Agustus.

Setelah mengalami penurunan 0,5% (mom) pada Juli 2019, LEI meingkat 3,0% (mom) di Agustus. Untuk partner dagang terbesar Indonesia, secara terperinci kenaikan terjadi di China sebesar 2,2% (mom) dan Amerika Serikat (AS) juga mengalami kenaikan sebesar 1,8% (mom).

Sementara itu, ada penurunan LEI di negara partner dagang terbesar Indonesia yang lain, yaitu Jepang sebesar 1,9% (mom).

Baca Juga: Antisipasi kenaikan harga pangan jelang Natal dan Tahun Baru, ini saran Ikappi

Hanya saja, melihat kondisi tersebut, adanya kenaikan signifikan dari performa ekonomi terlihat tidak terlalu benar. Hal ini terlihat dari indeks manufaktur dari beberapa negara partner dagang Indonesia yang berada di bawah level 50.

Hal ini tentu saja menahan laju ekspor Indonesia. Terlebih lagi dengan masih adanya ketidakpastian akibat perang dagang yang mengakibatkan adanya penaikan tarif yang menghambat ekspansi manufaktur.

Tetapi DRI juga mencatat adanya hal positif, karena beberapa komoditas Indonesia mengalami kenaikan, apalagi dengan melihat adanya kenaikan harga komoditas pada September 2019 yang meningkat 1,8% (mom) di September atau bangkit dari penurunan sebesar 2,5% (mom) di bulan Juli 2019.

Baca Juga: SKK Migas perkirakan realisasi investasi hulu migas 2019 tidak mencapai target

Melihat hal itu, DRI merasa yakin bahwa komoditas Indonesia akan kembali mengalami kenaikan harga di bulan Oktober 2019.

Untuk ke depannya, DRI memprediksi kondisi ekspor pada 2019 akan sebesar US$ 166,7 miliar dan impor akan berada di kisaran US$ 171,8 miliar. Oleh karena itu, pada akhir tahun 2019, akan terjadi defisit neraca dagang sebesar US$ 5,04 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×