kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Danareksa memprediksi neraca dagang Februari surplus US$ 0,64 miliar


Jumat, 13 Maret 2020 / 21:54 WIB
Danareksa memprediksi neraca dagang Februari surplus US$ 0,64 miliar
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat di Terminal Petikemas Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (3/1). Kementerian Perdagangan menargetkan ekspor melonjak hingga dua digit pada 2020 mendatang. Nilai ekspor pada triwulan III 2019 hanya sebesar 0,02%. Pertumbuhan tersebut


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Danareksa Research Institute melihat masih ada potensi surplus pada neraca perdagangan Indonesia di Februari 2020. Lembaga tersebut memperkirakan surplus akan sebesar US$ 0,64 miliar.

"Surplus pada bulan tersebut disebabkan oleh nilai ekspor yang masih lebih besar bila dibandingkan nilai impor meski keduanya sama-sama menurun," jelas Danareksa dalam keterangan resminya, Jumat (13/3).

Danareksa memprediksi ekspor Indonesia akan sebesar US$ 10,61 miliar atau menurun 2,94% mom setelah mengalami peningkatan sebesar 5,37% mom pada bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh penyebaran virus corona (Covid-19) di China yang membuat harga-harga komoditas anjlok.

Baca Juga: Ekonom Bank Permata prediksi neraca dagang Indonesia surplus di Februari 2020

Danareksa juga melihat bahwa virus ini menggerogoti kinerja manufaktur, terutama di China. Yang mengkhawatirkan adalah, China merupakan negara partner dagang terbesar Indonesia.

"Sementara banyak pabrik yang tutup sementara, sehingga ini menyebabkan susahnya memenuhi order baru dari negara partner dagang," tambah Danareksa.

Neraca dagang antara Indonesia dan China pun diprediksi akan menurun 2,94% mom setelah meningkat 5,37% mom di bulan sebelumnya. Ini juga disebabkan oleh volume pengiriman barang ke negara tersebut yang akan menurun karena efek virus ini.

Selain itu, menurunnya ekspor Indonesia juga disebabkan oleh penurunan indikator ekonomi atau Leading Economic Indicator (LEI) dari negara-negara mitra dagang Indonesia. Rata-rata LEI Desember tahun lalu tercatat turun hingga 2,89% mom setelah menurun 1,05% mom pada November.

Penurunan LEI terlihat pada negara China yang bahkan mencapai 11,07% mom. Sebaliknya LEi negara Jepang meningkat tipis 0,3% mom dan Amerika Serikat (AS) meningkat 1,8% mom.

Sementara dari sisi impor, Danareksa melihat adanya penurunan impor minyak dari China yang disebabkan oleh penurunan harga minyak global dan rupiah yang menguat di bulan Februari lalu.

Baca Juga: Pemerintah wajibkan pelaku e-commerce sampaikan data, ini persiapan BPS

Selain itu, impor yang menurun juga seiring dengan terkendalanya jalur distribusi dari China maupun negara-negara lain yang disebabkan oleh virus Corona.

Meski begitu, ini menyebabkan aktivitas manufaktur dalam negeri meningkat karena banyaknya permintaan. Ini tercermin dari indeks manufaktur Indonesia yang meningkat menjadi 51,9 pada bulan lalu.

Untuk ke depannya, DRI memprediksi total nilai ekspor di sepanjang tahun ini akan mencapai US$ 173,5 miliar dan impor akan sebesar US$ 176,1 miliar. Dengan begitu, DRI juga memprediksi bahwa neraca dagang tahun ini akan defisit US$ 2,59 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×