Reporter: Martina Prianti | Editor: Tri Adi
JAKARTA. Menteri Pendidikan Nasional M.Nuh membantah bahwa rencana pemerintah melalui Kementerian Keuangan akan membuat dana abadi pendidikan karena rendahnya penyerapan anggaran untuk pendidikan. M.Nuh mengatakan, rencana pemerintah membuat dana abadi pendidikan lebih erat terkait dengan proses pencairan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang biasanya baru mulai efektif bulan Maret atau April.
"Padahal, anggaran untuk beasiswa misalnya itu harus sudah mulai cair bulan Januari. Karena itu, perlu ada stok anggaran supaya tidak terganggu dengan proses pencairan anggaran," ucap M. Nuh via telepon genggam, Jumat (19/3). Selain anggaran untuk pendidikan, Nuh melanjutkan, Kementerian Pendidikan juga melihat perlunya anggaran pendidikan yang mudah dicairkan untuk kegiatan penelitian.
"Tentu kita tidak mengharapkan dana abadi untuk kebutuhan yang biasa atau rutin. Misalnya, bukan untuk gaji guru, melainkan untuk kegiatan yang belum ada sistemnya karena ada periodesasi APBN," sambungnya. Kementerian Pendidikan optimistis, dengan adanya dana abadi pendidikan, upaya meningkatkan kualitas pendidikan bakal semakin terdorong.
"Pengiriman beasiswa merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan capasity building dan ini nanti akan berjalan lebih baik baik lagi," sambung dia. Nuh mengatakan, sebagai langkah awal, pemerintah akan menggusulkan kepada dewan untuk dana abadi pendidikan sebesar Rp 2,5 triliun. "Kalau usul pemerintah ini diterima DPR, Mei nanti sudah ada pencadangan untuk pendidikan," imbuhnya.
Lebih lanjut Nuh mengatakan, Kementerian Pendidikan berharap ke depan dana abadi pendidikan tersebut dapat dibuatkan bunga. "Kalau bunganya 5% atau 7%, ke depan untuk anggaran beasiswas cukup dengan dana bagi hasil itu," kata Nuh. Kementerian Keuangan berharap, alokasi dana anggaran pendidikan nilainya dapt terus dinaikan tiap tahunnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News