kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Dampak kenaikan harga BBM ke pangan tak besar


Rabu, 03 Juli 2013 / 18:14 WIB
Dampak kenaikan harga BBM ke pangan tak besar
ILUSTRASI. Area produksi PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Amal Ihsan

JAKARTA. Pemerintah menilai, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi berdampak kecil terhadap kenaikan harga bahan pokok. Sebabnya, dampak kenaikan harga BBM bersubsidi tidak besar dalam struktur biaya produsen dan industri pangan.

Dalam Raker dengan Komisi VI DPR, Rabu (3/6), Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menjelaskan, pemerintah memperkirakan dampak kenaikan harga pokok pangan hasil industri sebesar  1,5-3,5%. Sebab semakin maju suatu industri, maka semkin kecil dampak kenaikan BBM terhadap biaya operasional industri tersebut. "Karena kebanyakan industri pangan telah menggunakan BBM non subsidi," ujar Gita.

Gita menjelaskan bahwa pemerintah telah memantau perkembangan harga sembako pada pra dan pasca kenaikan BBM. Pemantauan harga sembako pra kenaikan BBM dilakukan pada 21 Juni. Sedangkan pemantauan harga sembako pasca kenaikan BBM dilakukan pada 1 Juli.

Gita juga menjelaskan bahwa Pemerintah melakukan pemantauan terhadap tiga kelompok komoditi sembako. Pertama, pangan hasil industri seperti gula pasir dan tepung terigu. Kedua, pangan hasil peternakan seperti daging ayam dan daging sapi. Ketiga, pangan segar hortikultura seperti cabai, bawang merah, dan bawang putih.

Secara umum Gita mengatakan perkembangan harga sembako pasca kenaikan BBM relatif stabil. "Sebab kenaikan masih dikisaran 1,5% saja," ujar Gita dalam Rapat Komisi VI.

Lebih jauh, Gita menjelaskan bahwa kenaikan harga daging dan telur ayam disebabkan tradisi peternak menaikkan harga menjelang puasa dan lebaran. "Di lingkungan peternak, dikenal istilah 5:7. Artinya 5 bulan merugi dan 7 bulan untung," kata Gita.

Adapun kenaikan harga yang siginifikan, diakui Gita, terjadi pada kelompok hortikultura. Saat ini cabe rawit merah mengalami kenaikan 69,59%, bawang merah 21,66%. "Kenaikan harga cabe rawit merah dan bawang merah tahun ini memang lebih besar dibanding tahun 2012. Hal ini disebabkan anomali cuaca yang menyebabkan kualitas hasil panen menurun dan banyak mengalami kerusakan saat diangkut dari sentra produksi," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×