kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   3.000   0,20%
  • USD/IDR 16.044   -39,00   -0,24%
  • IDX 7.232   -26,66   -0,37%
  • KOMPAS100 1.086   -10,24   -0,93%
  • LQ45 852   -9,70   -1,13%
  • ISSI 221   -0,60   -0,27%
  • IDX30 435   -5,82   -1,32%
  • IDXHIDIV20 523   -7,08   -1,33%
  • IDX80 124   -1,29   -1,03%
  • IDXV30 129   -1,77   -1,35%
  • IDXQ30 145   -1,80   -1,23%

CSIS ingatkan ancaman trade war karena AS


Selasa, 07 Maret 2017 / 22:15 WIB
CSIS ingatkan ancaman trade war karena AS


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Pola perdagangan dunia saat ini dianggap memasuki babak baru. Kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang baru di bawah Donald Trump yang menjadikan kepentingan AS sebagai prioritas telah membuat negara-negara mitra dagangnya kewalahan.

Mantan Menteri Perdagangan dan Ekonom Senior CSIS Mari Elka Pangestu mengatakan bahwa AS tengah membidik lima negara yang memiliki defisit perdagangan, yaitu China, Korea Selatan, Jepang, Meksiko, dan Kanada. Menurutnya, akan ada kecenderungan kebijakan hire america, buy america yang akan masuk dalam program pembangunan infrastruktur di AS, seperti pipa untuk migas.

Menurut Mari, dampaknya ke Indonesia bisa terlihat dari global value chain di mana 50% ekspor Indonesia ke China digunakan untuk ekspor lagi ke negara lain seperti Amerika Serikat.

“Indonesia akan kena secara tidak langsung, dan tentu kita akan punya defisit dengan AS walaupun jauh lebih kecil dari negara-negara lain, jadi kita harus antisipasi,” kata Mari di Hotel Intercontinental Plaza, Jakarta, Selasa (7/3).

Ekonom CSIS Yose Rizal Damuri menambahkan, bila ke China 50%, ekspor Indonesia ke Korea Selatan adalah 40% untuk diekspor lagi ke negara lain. Bila kedua negara itu terkena dampak proteksionis, maka Indonesia akan ikut terkena imbasnya,

“Ini akan lebih parah kalo mereka lalu membalas, ada trade war, karena terakhir trade war menjadi semacam praktis tahun 1930an yang akhirnya war beneran. Perang dunia,” ucapnya.

Walau demikian, menurut Mari, meski Trump ingin menerapkan proteksionisme, sudah ada hal-hal yang dapat mencegah Trump melakukan hal tersebut, yaitu karena pebisnis di AS tetap ingin bisa mengimpor barang dengan murah.

“Seperti Walmart ya, dia ada impor dari Indonesia, dari China, supaya produk konsumennya lebih murah. Jadi akan ada satu pressure,” ujar Mari.

Bila Trump benar-benar melakukan proteksi, akan ada perang dagang yang kemudian akan menganggu ketidakpastian dan akhirnya mengganggu financial market di AS.

“Mungkin orang-orang di kabinet Trump akan merasa bahwa ada risiko di segala penjuru, seperti di pasar modal dan seterusnya. Itu mungkin akan membuat kebijakan Trump menjadi lebih lunak,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×