kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.235.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.634   11,00   0,07%
  • IDX 8.081   9,92   0,12%
  • KOMPAS100 1.115   0,06   0,01%
  • LQ45 784   0,80   0,10%
  • ISSI 285   0,50   0,17%
  • IDX30 412   0,17   0,04%
  • IDXHIDIV20 467   0,91   0,20%
  • IDX80 123   0,07   0,06%
  • IDXV30 133   0,67   0,51%
  • IDXQ30 130   0,06   0,05%

CORE Indonesia imbau Bank Indonesia cetak uang untuk suntik likuiditas


Kamis, 04 Juni 2020 / 19:50 WIB
CORE Indonesia imbau Bank Indonesia cetak uang untuk suntik likuiditas
ILUSTRASI. Visitors walk as they leave Bank Indonesia headquarters in Jakarta, Indonesia, January 17, 2019. REUTERS/Willy Kurniawan


Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perekonomian sedang sulit akibat pandemi Covid-19. Lembaga penelitian Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia pun mengimbau Bank Indonesia (BI) untuk mencetak uang sebagai kebijakan tambahan dalam menambah likuiditas di dalam negeri. 

"Sebelumnya kami mengimbau pemerintah untuk mendahulukan sumber pembiayaan dari dalam negeri lewat penerbitan surat utang. Namun, kebijakan sulit dilakukan karena kekeringan likuiditas. Untuk itu, kebijakan tambahan cetak uang bisa memenuhi likuiditas," kata lembaga tersebut dalam laporan yang diterima Kontan.co.id, Rabu (3/6). 

Baca Juga: Wapres sebut pengembangan ekonomi syariah di Indonesia berpotensi ditingkatkan

CORE Indonesia menemukan paling tidak ada dua alasan utama mengapa kebijakan pencetakan uang perlu dan bisa dilakukan di Indonesia saat ini. 

Pertama, tambahan likuiditas diperlukan untuk kebutuhan pembiayaan stimulus. Lembaga tersebut mengestimasi, dalam periode Juni 2020 - Desember 2020, Indonesia memerlukan tambahan likuiditas hingga Rp 1.800 triliun di surat utang pemerintah. 

Hal ini dengan asumsi serapan Surat Berharga Negara (SBN) hingga akhir Mei 2020 mencapai Rp 120 triliun, tambahan pinjaman pemerintah yang berpotensi mencapai Rp 148 triliun, serta kebutuhan pembiayaan mencapai Rp 2.426 triliun. 

"Ini menjadi tantangan, karena dalam lima tahun terakhir serapan maksimal pasar pada instrumen surat utang pemerintah hanya mencapai Rp 900 triliun. Di sinilah kebutuhan likuiditas tambahan lewat kebijakan cetak uang diperlukan," tambah CORE Indonesia. 

Baca Juga: Kehadiran Tapera bisa bikin penyaluran kredit BTN makin kencang

Selain itu, urgensi cetak uang dipandang perlu melihat akibat pandemi, banyak investor asing yang mengurangi porsi kepemilikannya. Padahal, investor asing ini yang memiliki persentase kepemilikan terbesar dalam surat utang pemerintah. 




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×