kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Chatib Basri: Perekonomian Indonesia sangat tergantung kondisi komoditas global


Minggu, 28 Januari 2018 / 15:48 WIB
Chatib Basri: Perekonomian Indonesia sangat tergantung kondisi komoditas global
ILUSTRASI. Pembangunan jalan tol Serpong-Cinere


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom dan mantan Menteri Keuangan Chatib Basri berpendapat, Indonesia belum bisa secara maksimal menikmati momentum pertumbuhan ekonomi dunia. Menurutnya negara yang bisa menikmati hal tersebut adalah yang ekonominya berbasis manufaktur dan ekspornya tinggi.

“Sekarang kita tidak bisa terlalu menikmati kenaikan pertumbuhan global yang cukup besar, termasuk juga perbaikan ekonomi di Amerika Serikat,” ujarnya di Jakarta, akhir pekan lalu.

Chatib menambahkan, sudah terlalu lama perekonomian Indonesia tergantung dengan kondisi harga komoditas di tingkat global. Ketika harga batu bara dan minyak sawit naik, misalnya, maka ekonomi Indonesia juga ikut naik seperti yang terjadi pada kurun 2002 hingga 2012.

Hal ini juga yang menjelaskan mengapa negara lainnya bisa mencatatkan pertumbuhan yang tinggi.

"Namun begitu harganya kolaps, ekonomi Indonesia juga menurun. Itu pula yang menjelaskan mengapa pertumbuhan ekonomi Singapura pada kuartal III-2017 bisa tumbuh 5,2%, Malaysia 6,2%, Thailand sekitar 6%, dan Vietnam bahkan 7,5%,” kata dia.

Pernyataan Chatib ini berkaitan dengan proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) yang menyatakan, prospek pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi meningkat atau naik 3,9% pada kurun dua tahun ke depan. Naiknya proyeksi ini juga sejalan dengan ekspektasi dampak dari kebijakan pemangkasan pajak yang dilakukan Amerika Serikat (AS).

Namun demikian, Indonesia belum bisa secara maksimal menikmati momentum ini. Menurut IMF, potensi penguatan pertumbuhan ekonomi akan terlihat di negara-negara pengekspor besar. Sementara, kontribusi ekspor Indonesia terhadap PDB hanya 25%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×