Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Optimisme konsumen di awal tahun 2020 melemah. Lantas, prospek pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebagai penopang pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun ini dikhawatirkan makin menurun.
Hasil survei konsumen Bank Indonesia (SK BI) menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Januari 2020 adalah sebesar 121,7 atau lebih rendah dari IKK Desember 2019 yang sebesar 126,4. Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) juga memproyeksi nilai Indeks Tendensi Konsumen (ITK) kuartal I-2020 sebesar 103,23, atau menurun dari kuartal sebelumnya yang sebesar 107,86.
Pelemahan konsumsi rumah tangga sejatinya sudah terlihat pada kuartal IV-2019 lalu di mana pertumbuhan hanya mencapai 4,97% yoy, lebih rendah dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal empat pada tahun-tahun sebelumnya, bahkan lebih rendah dari kuartal-kuartal sebelumnya di tahun lalu.
Baca Juga: Survei BI: Rasio konsumsi terhadap pendapatan turun pada Januari 2020
Tim Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menganalisis, perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga disebabkan oleh menurunnya konsumsi masyarakat kelas atas atau 20% penduduk berpengeluaran tinggi.
Dalam lima tahun terakhir, Indef mencatat rata-rata pertumbuhan konsumsi kelompok masyarakat tersebut hanya berkisar 3,57% per September 2019. “Padahal porsi dalam total pengeluaran atau konsumsi mencapai 45,36%,” terang Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad dalam keterangan Seratus Hari Tanpa Akselerasi: Respons atas Kinerja Ekonomi Triwulan IV-2019.
Selanjutnya, pertumbuhan konsumsi kelompok masyarakat 40% berpengeluaran sedang rata-rata 6,06% per September 2019 lalu atau merupakan yang tertinggi. Porsi konsumsi kelompok ini sebesar 36,93%. Terakhir, porsi konsumsi kelompok 40% terbawah rata-rata pertumbuhannya 5,21% dengan porsi konsumsi 17,71%.
Kondisi ini, menurut Tauhid menjadi tantangan berat bagi pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020. “Struktur pertumbuhan ditopang oleh konsumsi rumah tangga secara terus menerus sehingga ekonomi sangat rapuh. Belum lagi inflasi pangan terus menekan daya beli rumah tangga,” tuturnya.