Reporter: Choirun Nisa | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Setelah 72 tahun merdeka, International NGO Forum on Indonesia Development (INFID) melihat Indonesia memiliki momentum kebangkitan bagi perempuan. INFID melihat perempuan menjadi penyebab ketimpangan sosial ekonomi Indonesia saat ini.
"Ketimpangan sosial ekonomi kita ditentukan oleh kuat-lemahnya peran perempuan dalam tiga hal, yakni pengambilan kebijakan, status sosial ekonomi, dan derajat mobilitas sosial perempuan," ujar Program Manajer INFID Siti Khoirun Ni'mah pada Rabu (30/8) di Kekini Ruang Bersama Jakarta dalam diskusi Kemerdekaan adalah Kemerdekaan Perempuan : 10 Cara Menurunkan Ketimpangan Gender di Indonesia.
Ni'mah menjelaskan, secara data dan fakta, 60% angkatan kerja Indonesia berpendidikan rendah di bawah SMA dan separuhnya adalah perempuan. Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) di 2015 pun partisipasi perempuan di pasar kerja hanya 49% di bawah rata-rata partisipasi kerja penduduk Indonesia yang mencapai 65,4%.
Untuk pengambilan keputusan pun perempuan di banyak daerah masih belum terwakili kuota minimalnya yang sebesar 30%. "Untuk di pusat kabinet menteri sudah bagus dengan 9 menteri, tapi di daerah masih kecil. Paling besar terdapat di Sulaweisi yang mencapai 32% dan paling kecil di Papua itu ada yang hanya terwakilkan sebesar 2,22%," ujar anggota Koalisi Perempuan Indonesia Indry Oktaviani.
Indry menuturkan, bahkan di tingkat desa lebih parah lagi. Keterwakilan perempuan di desa baru mencapai 4% dari 73.000 desa yang ada di Indonesia. Hal ini, menurut Indry, menjadi wajar jika pengambilan keputusan saat ini justru makin membuat ketimpangan ekonomi karena wilayah perempuan yang dibatasi.
"Oleh karena itu, kita buat 10 rekomendasi untuk kurangi ketimpangan gender ini," ujar Ni'mah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News