Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara Sofian Effendi mengatakan, Komisi Pemberantasan Korupsi, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, serta Badan Intelejen Negara akan dilibatkan dalam menyeleksi pejabat publik. Menurut dia, cara ini digunakan agar pejabat negara yang terpilih memiliki integritas yang tidak diragukan.
"Untuk mendapatkan orang terbaik, kriteria yang terpenting adalah integrity. Dengan melakukan tracking, minta diperiksa apa ada cacatnya dari calon tersebut," ujar Sofian di Jakarta, Selasa (11/11/2014) malam.
Sofian mengatakan, langkah tersebut berhasil dilakukan oleh Presiden Joko Widodo dalam menyeleksi menteri di kabinetnya. Jokowi melibatkan KPK dan PPATK untuk menelisik rekam jejak calon-calon menterinya. Dari 43 nama calon menteri yang diajukan Jokowi, beberapa di antaranya diberi label merah dan kuning oleh KPK.
"Ini akan dilakukan sama untuk jabatan publik. Kalau dari calon yang diusulkan ada yang cacat integritas, tidak akan dicalonkan," ujarnya.
Menurut Sofian, selama ini pihaknya memercayakan Indonesia Corruption Watch untuk menelusuri rekam jejak calon pejabat negara. Ke depannya, kata dia, PPATK juga perlu digandeng untuk masuk ke ranah yang lebih dalam mengenai transaksi keuangan calon yang tak terjamah KPK.
Selain itu, BIN juga akan dilibatkan untuk mengetahui cakupan yang lebih luas mengenai latar belakang calon pejabat negara. Menurut Sofian, integritas seseorang berpengaruh pada kesetiaan orang itu terhadap jabatannya.
"Kita ingin mengetahui apakah pejabat yang diangkat ini jujur, berintegritas tinggi, tidak berselingkuh. Kalo isrri saja dia selingkuhi apalagi buat organisasi kan," kata Sofian.
Ia menambahkan, selain melacak rekam jejak, revolusi mental terhadap calon pejabat negara juga perlu dilakukan. Menurut Sofian, pekerjaan yang dilakukan pejabat negara harus dilandasi ambisi untuk mengabdi pada negara, bukan hanya mencari pekerjaan semata.
"Tanpa banyak cuap melakukan apa yang dicita-citakan presiden dengan revolusi mental, perubahan mindset, supaya kerjanya sungguh-sungguh dan penuh emosi," ujar Sofian. (Ambaranie Nadia Kemala Movanita)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News