Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) siap menjaga volatilitas rupiah menyusul Federal Reserve (The Fed) memberi sinyal kuat soal kenaikan suku bunga AS alias fed fund rate dilakukan pada Maret 2017 ini.
Ekonom Bank Central Asia David Sumual bilang, level cadangan devisa Indonesia saat ini berada dalam posisi yang aman dan semakin baik. Namun, saat ini menurut dia yang menjadi masalah adalah utang jangka pendek.
“Utang jangka pendek ini kelihatan memang yang maturity-nya atau tenornya setahun itu masih cukup besar, sekitar US$ 42 miliar. Itu yang berbahaya kalau sedang terjadi liquidity crunch,” kata dia kepada KONTAN, Senin (6/3).
David mengatakan, liquidity crunch itu apabila likuiditas global mengetat, seperti saat krisis pada tahun 1998. Namun, bila melihat cadangan devisa sekarang lebih kuat dibandingkan dua tahun lalu yang hanya sekitar US$ 90 miliar.
“Sekarang kan sudah di atas US$ 116 miliar cadev kita, jadi untuk jaga rupiah, saya pikir sudah cukup, tetapi perlu ditingkatkan jumlahnya, paling tidak ke arah-arah US$ 150,” ujarnya. Hal ini menurut David mengingat kondisi utang jangka pendek dan impor Indonesia.
Meski begitu David berpendapat bahwa ke depannya karena ekonomi Indonesia yang cenderung menguat, tentu rasionya juga mungkin bisa lebih besar lagi,
“Tapi untuk kondisi sekarang relatif cukup untuk menjaga rupiah kita,” ujarnya.
Namun harus diingat, fundamental rupiah untuk tahun ini sedikit melemah karena inflasi kecenderungannya naik tahun ini ke level sekitar 4% dari tahun 2016 yang hanya 3,02%
“Karena inflasi tahun ini cenderung akan lebih tinggi, otomatis secara fundamental rupiah melemah, tapi memang sejak akhir tahun lalu ada aliran modal yang bagus dari amnesti pajak dan dari ekspor komoditas yang membaik harganya,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News