kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Cadangan devisa September 2021 tambun, begini prospeknya ke depan


Kamis, 07 Oktober 2021 / 17:48 WIB
Cadangan devisa September 2021 tambun, begini prospeknya ke depan
ILUSTRASI. Petugas menata tumpukan uang rupiah dan dolar Amerika di Cash Center Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (7/3). Cadangan devisa September 2021 tambun, begini prospeknya ke depan.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Cadangan devisa kembali menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah pada September 2021. Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi cadangan devisa bulan laporan sebesar US$ 146,9 miliar, atau lebih tinggi dari US$ 144,8 miliar pada bulan Agustus 2021. 

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman masih optimistis, ada kesempatan cadangan devisa kembali meroket di akhir tahun 2021. 

“Kami memperkirakan cadangan devisa akan berada di kisaran US$ 145 miliar hingga US$ 150 miliar,” ujar Faisal kepada Kontan.co.id, Kamis (7/10). 

Tambunnya cadangan devisa ini seiring dengan prospek pemulihan ekonomi global yang membuat adanya peningkatan harga komoditas, termasuk komoditas ekspor andalan Indonesia yang bisa menggenjot kinerja ekspor. 

Seperti contohnya, harga batubara yang meroket. Ini disebabkan oleh permintaan yang tinggi untuk pembangkit listrik di tengah faktor musiman, yaitu musim dingin. Sehingga, banyak permintaan akan batubara untuk pemanas. 

Ini tentu bisa membuat neraca perdagangan kembali untung. Namun, untungnya bisa tertahan mengingat prospek pemulihan ekonomi domestik yang akan meningkatkan kinerja impor. Plus, harga minyak juga meningkat sehingga berpotensi memperbesar nilai impor minyak dan gas (migas). 

Hanya saja, masih ada risiko yang datang dari prospek masuknya arus modal asing. Faisal melihat arus modal asing terutama di portofolio bisa tertahan, mengingat adanya sejumlah faktor yang terjadi di kuartal IV-2021. 

“Sebut saja normalisasi kebijakan moneter dari kebanyakan bank sentral, termasuk The Fed, isu debt ceiling di Amerika Serikat (AS), krisis Evergrande di China, dan juga ketidakpastian terkait pandemi Covid-19,” sebut Faisal. 

Hal ini bisa memberi ketidakpastian di pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Meski begitu, Faisal tetap optimistis cadangan devisa masih tetap kuat dalam mendukung pergerakan nilai tukar rupiah. Ia pun memperkirakan, nilai tukar rupiah di akhir 2021 akan ditutup pada kisaran Rp 14.177 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×