kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Cadangan devisa menyusut US$ 580 juta


Sabtu, 09 Desember 2017 / 15:15 WIB
Cadangan devisa menyusut US$ 580 juta


Reporter: Siti Rohmatulloh | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cadangan devisa Indonesia kembali berkurang pada November 2017. Ini bukan kabar baik bagi perekonomian nasional, mengingat ke depan ada risiko pelemahan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) akibat kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) serta reformasi perpajakan di AS yang bakal dijalankan Presiden Donald Trump.

Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa per akhir November 2017 sebesar US$ 125,97 miliar, turun US$ 580 juta dibandingkan sebulan sebelumnya. Dengan rata-rata kurs rupiah pada Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI sepanjang November 2017 sebesar Rp 13.527,36 per dollar AS, berarti cadangan devisa susut Rp 7,58 triliun dalam sebulan.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman menjelaskan, penurunan cadangan devisa dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya.

Penurunan cadangan devisa dipengaruhi oleh penurunan penempatan valas perbankan di BI sejalan dengan kebutuhan pembayaran kewajiban valas nasabah.Namun, Agusman tak merinci nilai penggunaan devisa tersebut.

Agusman hanya menegaskan, cadangan devisa masih cukup untuk membiayai 8,4 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, "Cadangan devisa masih di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," tandas Agusman, dalam keterangan tertulis, Jumat (8/12).

Naik dari Global bond

Penurunan cadangan devisa ini sesuai dengan perkiraan ekonom Samuel Aset Sekuritas Lana Soelistyaningsih. Menurut Lana, BI memang harus menggunakan devisa untuk operasi moneter karena rupiah tertekan pada bulan lalu di kisaran Rp 13.500 per dollar AS. Di sisi lain, pemerintah tidak menerbitkan global bond pada bulan lalu, sehingga tidak ada pemasukan dana asing yang signifikan.

Ekonom PT Bank Permata Josua Pardede meyakini penurunan cadangan devisa hanya berlangsung hingga November saja. Cadangan devisa akan kembali bertambah pada bulan Desember ini. Salah satu sumber devisa adalah penerbitan global bond US$ 4 miliar awal bulan ini. "Sampai akhir tahun cadangan devisa di kisaran $125 miliar-US$ 128 miliar," jelas Josua.

Menurut Josua, cadangan devisa mendatang sudah mumpuni untuk bantalan BI menjaga stabilitas rupiah akibat kenaikan bunga The Fed. Selain itu, untuk antisipasi efek kebijakan AS, BI diperkirakan akan kembali menahan suku bunga acuan BI Seven Day Repo Rate sebesar 4,25% pada Rapat Dewan Gubernur tengah bulan ini.

Pada perdagangan Jumat (8/12), JISDOR mencatat kurs rupiah Rp 13.556 per dollar AS, melemah sejak akhir November Rp 13.514 per dollar. BI harus memastikan, kurs rupiah tak melemah lebih dalam. Mengingat, kenaikan bunga The Fed baru terjadi pada akhir bulan ini, menurut konsensus para ekonom.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×