kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,00   -18,51   -1.98%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cadangan devisa Mei tergerus menjadi US$ 120,35 miliar


Kamis, 13 Juni 2019 / 10:31 WIB
Cadangan devisa Mei tergerus menjadi US$ 120,35 miliar


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melaporkan, Kamis (13/6), cadangan devisa Mei 2019 sebesar US$ 120,35 miliar, turun dibandingkan posisi April 2019 yang sebesar US$ 124,29 miliar.

Posisi cadangan devisa ini setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

“Cadangan devisa tetap cukup tinggi meskipun lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir April 2019. BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” terang Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam keterangan resmi, Kamis (13/6).

Penurunan cadev Mei, menurutnya, terutama dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah dan berkurangnya penempatan valas perbankan di Bank Indonesia sebagai antisipasi kebutuhan likuiditas valas. “Ini terkait siklus pembayaran dividen beberapa perusahaan asing dan menjelang libur panjang Lebaran,” ujarnya.

Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai dengan didukung stabilitas dan prospek ekonomi yang tetap baik.

Posisi cadev Mei yang tergerus sejalan dengan proyeksi para ekonom. Namun, cadev Mei ternyata lebih rendah dari perkiraan Head of Economic & Research UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja sebelumnya yaitu US$ 123,8 miliar. “Menurun karena adanya intermittent intervention (intervensi berselang) dan pembayaran utang eksternal pemerintah,” ujar Enrico kepada Kontan.co.id, Senin (10/6) lalu.

Penurunan cadev Mei ini, menurut Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail, juga mengindikasikan kinerja neraca perdagangan Indonesia yang kemungkinan besar masih akan mencetak defisit. April lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit neraca dagang Indonesia terbilang jumbo yaitu US$ 2,5 miliar akibat memburuknya kinerja ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×