kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cadangan devisa 2016 terkerek hot money


Selasa, 10 Januari 2017 / 11:18 WIB
Cadangan devisa 2016 terkerek hot money


Reporter: Adinda Ade Mustami, Asep Munazat Zatnika | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Cadangan devisa sepanjang tahun 2016 menggemuk. Bank Indonesia mencatat: hingga akhir 2016, cadangan devisa Indonesia mencapai US$ 116,4 miliar, naik 9,8% dibanding posisi akhir Desember 2015 sebesar US$ 105,93 miliar.

Sayang, sebagian besar masih merupakan hot money. Bila menilik kontribusinya di Desember 2016 saja, bertambahnya cadangan devisa karena penerbitan global bonds sebesar US$ 3,5 miliar. Penguatan juga ditopang masuknya dana asing ke pasar keuangan seperti saham dan obligasi.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mencatat, sepanjang Desember 2016, asing mencatatkan jual bersih (nett buy) di pasar obligasi US$ 754 juta. Penurunan capital outflow di pasar saham sehingga rupiah cenderung stabil turut memupuk cadangan devisa.

Chief Economist SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandhi menambahkan, untuk sementara ini, aliran hot money memang membantu kenaikan cadangan devisa di negara berkembang, termasuk di Indonesia.

Mestinya, penambahan cadangan valuta asing bersumber dari neraca pembayaran yang berimbang, antara investasi langsung asing atau foreign direct investment (FDI) dengan investasi portofolio dari asing (foreign portofolio investment (FPI), serta surplus perdagangan serta dari pos-pos lain. Tentu saja: "FDI lebih disukai karena jangka panjang, bukan hot money," ujarnya, Senin (9/1).

Menurut Josua, tahun ini, ada potensi peningkatan cadangan devisa meski potensi kenaikannya lebih rendah dari tahun lalu yang sebesar US$ 10,5 miliar. Pasalnya, tahun ini, ada ekspektasi peningkatan defisit transaksi berjalan serta penurunan surplus neraca modal dan finansial.

Implikasinya: ada penurunan surplus neraca pembayaran. "Dengan mempertimbangkan kuatnya fundamental ekonomi, cadangan devisa akhir 2017 masih berkisar US$ 115 miliar–US$ 120 miliar," jelas Josua.

Agar cadangan devisa lebih sustainable, kata Josua, pemerintah perlu mendorong ekspor dengan mempercepat hilirisasi industri. Pemerintah juga perlu mendorong investasi di sektor riil dengan terus melanjutkan reformasi kebijakan struktural dan memperkuat fundamental ekonomi.

Dengan begitu, surplus transaksi modal dan finansial lebih mengandalkan investasi di sektor riil ketimbang portofolio investasi. "Peningkatan cadangan devisa yang terefleksi pada peningkatan neraca pembayaran jadi lebih sustainable," jelas Josua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×