Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Setelah meningkat pada akhir 2016 lalu, posisi cadangan devisa (cadev) akhir Januari tahun ini diperkirakan kembali tergerus. Sebab, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mengeluarkan biaya untuk intervensi kurs rupiah dan pemerintah melakukan pembayaran utang-utang yang jatuh tempo.
Ekonom Maybank Indonesia Juniman mengatakan, BI tetap akan memantau situasi volatilitas nilai tukar di bulan ini. Hal tersebut terkait dengan sumpah jabatan yang dilakukan oleh Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) dan kebijakan-kebijakan yang akan diambilnya.
"Kalau kebijakannya detilnya sangat progresif tentu akan membuat BI mau tidak mau harus stabilisasi lagi," kata Juniman saat dihubungi KONTAN, Senin (9/1).
Namun demikian, Juniman melihat pergerakan rupiah pasca pelantikan Trump tidak akan berbeda jauh dengan akhir tahun lalu, yaitu masih berkisar di level Rp 13.400-Rp 13.500 per dollar AS. Sebab menurutnya, investor sudah memperhitungkan (price in) kebijakan Trump di November tahun lalu.
"Sehingga peluang dollar AS lebih kuat lagi menunggu keputusan FOMC dibanding Trump. Kebijakan Trump ini sudah diprice in pasar November dan Desember 2016," tambah Juniman.
Juniman juga melihat, adanya kebutuhan dollar oleh pemerintah untuk membayar utang-utang yang jatuh tempo di bulan ini. Namun demikian menurutnya, kebutuhan dollar pemerintah di Januari juga tidak terlalu besar.
Karena dua alasan tersebut, Juniman memperkirakan cadev akhir bulan ini bisa kembali menurun. Namun penurunannya tidak terlalu besar, yaitu sekitar US$ 1 miliar-US$ 2 miliar. "Jadi kalau cadev sekarang US$ 116,4 miliar kira-kira akan kembali turun ke US$ 114 miliar-US$ 115 miliar," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News