Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melaporkan, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) kuartal ketiga 2016 sebesar US$ 4,5 miliar atau 1,83% dari produk domestik bruto (PDB).
Defisit tersebut lebih baik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang sebesar US$ 5 miliar atau 2,2% dari PDB, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal ketiga 2015 yang sebesar US$ 3,95 miliar atau 1,81% PDB.
Direktur Eksekutif Departemen Statistik dan Moneter BI Hendy Sulistyowati menjelaskan, perbaikan CAD tersebut didorong oleh lebih besarnya surplus neraca perdagangan pada kuartal ketiga tahun ini. Selama kuartal ketiga 2016, surplus neraca perdaganga mencapai US$ 5,3 miliar, lebih tinggi dibanding kuartal kedua 2016 dan kuartal ketiga 2015.
Akan tetapi, surplus yang besar tersebut, "Karena ekspor kita belum sebaik tahun lalu. Migas defisitnya menurun karena harga minyak rendah," kata Hendy di kantornya, Jumat (11/11).
Tak hanya itu, perbaikan CAD tersebut lantaran adanya perbaikan pada neraca jasa terkait dengan pelemahan kinerja impor. Dengan pelemahan impor tersebut, jasa yang dibayar oleh importir pun berkurang.
Perbaikan CAD juga ditopang oleh defisit pada pendapatan sekunder mengalami perbaikan lantaran remitansi tenaga kerja Indonesia (TKI). "Sekarang karena ada moratorium jadi pendapatan dari TKI turun," tambahnya.
Namun, penurunan CAD sedikit tertahan oleh defisit pada neraca pendapatan primer yang mengalami peningkatan. Hendy bilang, peningkatan defisit pada neraca pendapatan primer tersebut lantaran pembayaran bunga utang meningkat karena aliran modal yang meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News