Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Rendahnya defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada kuartal pertama tahun lalu diperkirakan tak bertahan lama. Bank Indonesia (BI) memproyeksi, CAD kuartal kedua tahun ini akan meningkat dua kali lipat dari kuartal sebelumnya.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, secara historis, terdapat kewajiban pembayaran ke luar negeri yang lebih besar dari kuartal-kuartal lainnya berupa dividen dan bunga pinjaman. Hal ini mempengaruhi defisit neraca pendapatan primer.
Di sisi lain, Agus bilang, terdapat peningkatan impor di kuartal kedua tahun ini. Hal tersebut sejalan dengan persiapan hari raya Idul Fitri yang jatuh di akhir Juni nanti. Peningkatan aktivitas impor juga mempengaruhi neraca perdagangan barang.
"Di kuartal kedua, (CAD) diperkirakan mencapai 2% dari PDB. Jadi saya lihat ini kondisi yang mencerminkan pasar," kata Agus saat ditemui di Kantor Kementerian Keuangan (Kemkeu), Senin (19/6). Sementara CAD kuartal pertama tercatat jauh lebih rendah, yaitu sebesar US$ 2,4 miliar atau 1% dari PDB.
Secara lebih terperinci, berdasarkan paparan BI di Badan Anggaran (Banggar) DPR 6 Juni lalu, bank sentral memperkirakan neraca perdagangan barang turun menjadi US$ 40,7 di kuartal kedua tahun ini dari kuartal sebelumnya yang sebesar US$ 40,8 miliar. Penurunan itu disebabkan oleh penurunan ekspor dan peningkatan impor.
BI juga memperkirakan defisit neraca jasa melebar menjadi US$ 2,9 miliar dari kuartal sebelumnya yang sebesar US$ 1,3 miliar. Begitu juga dengan neraca pendapatan primer yang diperkirakan melebar menjadi US$ 8,3 miliar dari kuartal sebelumnya sebesar US$ 7,5 miliar.
Meski demikian, Agus masih optimistis CAD sepanjang tahun ini akan tetap terjaga. Pihaknya memperkirakan CAD 2017 akan mencapai US$ 18,4 miliar atau 1,82% dari PDB. Angka itu sedikit di atas tahun 2016 yang tercatat US$ 16,3 miliar atau 1,8% dari PDB.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News