CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.386.000   -14.000   -1,00%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Bunga The Fed Tinggi, Wamen BUMN: Indonesia Perlu Waspada


Kamis, 23 November 2023 / 21:23 WIB
Bunga The Fed Tinggi, Wamen BUMN: Indonesia Perlu Waspada
ILUSTRASI. Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia harus waspada dengan era suku bunga tinggi. Sebab, tingginya suku bunga acuan bank sentral Amerika (The Fed Rate) telah menyebabkan nilai tukar rupiah terdepresiasi selama tahun 2023 ini. 

Hal ini disampaikan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo yang juga Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasioanl (Perbanas) yang juga adalah di acara Media Gathering Perbanas, Kamis (23/11).

"Kita harus senantiasa waspada, karena apabila kondisi ini terus berlanjut akan ada potensi peningkatan risiko valas dan instabilitas sistem keuangan nasional yang dapat berujung pada pelemahan ekonomi Indonesia," kata Tiko, sapaan akrab Kartika.

Tiko juga menyebut belum terlihat adanya tanda-tanda penurunan suku bunga acuan The Fed sehingga akan terus memicu pengetatan likuiditas global.

Ditambah pada tahun 2024, Indonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha. Mereka akan cenderung wait and see hingga ada kepastian mengenai hasil kontestasi politik dan perubahan yang ditimbulkannya, seperti perubahan kebijakan dan regulasi dari rezim yang terpilih.

"Di tengah kondisi yang tidak pasti baik di dalam negeri maupun secara global, terdapat urgensi untuk memahami bagaimana kondisi dinamika perekonomian global dan domestik sehingga kita dapat memaksimalkan peluang di tengah perlambatan global," kata Tiko.

Baca Juga: BI Bersiap Merespons Kemungkinan Kenaikan Suku Bunga The Fed

Ia menyebut, dinamika ekonomi dan geopolitik global yang terjadi saat ini menyebabkan ketidakpastian laju ekonomi di masa mendatang. Saat ini Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, seperti pengetatan kebijakan moneter terus berlanjut sebagai respon terhadap inflasi, penyaluran kredit yang diperketat, serta meningkatnya tensi geopolitik yang terjadi akhir-akhir ini.

Ketidakpastian ekonomi global juga tercermin dari adanya perbedaan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang dikeluarkan sejumlah lembaga internasional seperti The International Monetary Fund (IMF) dan World Bank.

IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3% pada tahun 2023 dan 2,9% pada tahun 2024. Hal tersebut disebabkan karena risiko ekonomi dan geopolitik di tahun 2024 akan terus berlanjut dan lebih buruk dibanding 2023 sehingga menghambat laju ekonomi.

Di sisi lain, World Bank memproyeksikan sebaliknya, bahwa GDP global tahun 2024  akan tumbuh 2,4%, lebih besar dibandingkan tahun 2023  sebesar 2,1%.

Meski begitu, Tiko bilang Indonesia harus tetap optimis di tengah isu perlambatan ekonomi global. "Kita tetap harus optimis karena Indonesia berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonominya," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×