Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perum Bulog mengakui sulitnya menurunkan harga beras karena musim panen gabah sudah berakhir.
Sekretaris Perum Bulog Awaludin Iqbal menerangkan saat ini masuk musim gadu, sehingga panen gabah jarang terjadi dan umumnya terjadi kenaikan harga beras pada periode ini.
Sehingga kenaikan harga ini, kata dia, murni karena antara pasokan dan kebutuhan tidak seimbang.
"Secara umum memang begitu, ke depan posisi pangan akan semakin berkurang karena masuk dalam musim gadu," kata Awaludin pada Kontan.co.id, Rabu (20/9).
Baca Juga: Kebijakan HET Beras Masih Diperlukan untuk Intervensi Harga Beras
Untuk itu, Bulog saat ini menyalurkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) untuk mengurangi kesenjangan antara suplai dan demand.
Selain itu, terdapat bantuan pangan beras yang disalurkan sejak awal September-November tahun ini kepada 21,353 juta keluarga penerima manfaat (KPM).
Namun demikian, menurutnya program diatas tetap tidak bisa menurunkan harga beras ke level HET. Sabab pasokan dari lapangan hingga awal tahun kedepan menurun.
"Jadi kalau operasi pasar menyeimbangkan suplai demand bukan menurunkan harga. Istilahnya gandoli supaya tidak lebih tinggi, itu prinsipnya," jelas Awaludin.
Mengacu Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, Rabu (20/9) harga beras memang sudah melampaui HET.
Rerata nasional untuk beras kualitas medium saat ini sudah mencapai Rp 14.250/kg. Harga ini jauh melampaui HET beras medium di daerah produsen Rp 10.900/kg dan di sentra konsumen Rp 11.500-Rp 11.800/kg (zona 2 dan 3).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News