Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Direktur Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Ismed Hasan Putro menyebutkan, ada oknum anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang meminta jatah gula kepadanya. Nah, menurut Anggota Badan Kehormatan DPR Usman Jafar, oknum yang dilaporkan tersebut berinisial IS dan berasal dari Komisi VI.
Politisi PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno menyebutkan, IS merupakan Idris Sugeng, koleganya di Komisi VI. Hendrawan mengaku sudah menghubungi rekan satu komisinya itu. Idris yang berasal dari Fraksi Demokrat mengatakan pihaknya memiliki bukti-bukti kuat bahwa ia membeli gula dengan harga yang wajar.
Atas tudingan ini, Idris Sugeng mengaku siap bila harus dipangggil oleh BK DPR untuk diklarifikasi. "Saya menghubungi Pak Idris. Beliau (Idris) bilang dia siap. Karena dia membeli gula. Saya bilang, serahkan saja buktinya ke BK," kata Hendrawan saat dihubungi wartawan pada Jumat (9/11).
Hendrawan mengatakan, Idris Sugeng membeli gula untuk disalurkan kembali pada program bakti sosial. Lantas Idris pun membeli gula lima ton untuk disalurkan dalam program CSR dan bakti sosial dengan harga Rp 55 juta. Hendrawan memperkirakan satu kilogram seharga Rp 11.000.
"Ada kwitansi pembayarannya. Dan itu bukan harga yang murah.Oleh Direktur RNI tersebut (Ismed), hal-hal tersebut diatas disederhanakan menjadi pemerasan," ungkap Hendrawan.
Menurut Hendrawan, keterangan Ismed tersebut merupakan manipulasi fakta dan upaya mencari muka. Dikatakan Hendrawan, pihaknya bukan membela kolega dari Dapil yang sama itu. Namun menurutnya, Idris merupakan salah satu dari tiga orang berusia lanjut yang ada di Komisi VI DPR.
Idris, kata Hendrawan, juga merupakan pribadi yang rendah hati meski telah lama bercokol di Komisi VI DPR. Menurut Hendrawan, permintaan Idris Sugeng untuk membeli gula dengan harga miring merupakan hal yang wajar. Sebab, permintaan itu dilakukan tanpa tekanan oleh Idris kepada Ismed Hasan Putro.
Karena itu, menurut Hendrawan, informasi yang diberikan Ismed kepada BK DPR merupakan keterangan yang salah. "Artinya informasi ini ngawur. Dan menurut saya, jika info Ismed tentang Pak Idris saja ngawur begini, bisa jadi nama-nama lain yang disebutkan itu ngawur juga," tandas Hendrawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News