Reporter: Irma Yani | Editor: Edy Can
JAKARTA. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis pertamax lebih dari Rp 8.000 berpotensi menyumbang inflasi. Dia meminta pemerintah segera mengantisipasi kenaikan harga pertamax tersebut.
"Tentu kalau pertamax lebih besar dari harga sekarang Rp 8.800 per liter, itu akan menimbulkan inflasi besar," ucapnya, saat ditemui di Kantor Menko Perekonomian, Rabu (9/3).
Menurut Rusman, jika harga pertamax terlalu tinggi maka orang akan beralih ke premium yang harganya lebih murah. Nah, menurutnya, perpindahan ini bakal menimbulkan tekanan inflasi.
Namun, ia mengaku belum bisa memaparkan berapa besar perkiraan sumbangsihnya terhadap inflasi." Tapi kita lihat dulu, saya belum punya hitungannya," tandasnya.
Per 1 Maret lalu, harga pertamax sudah sebesar Rp 8.100 per liter. Sebelumnya, tim akademis pengkaji dampak pembatasan bahan bakar minyak (BBM) subsidi menyarankan, pemerintah menahan harga pertamax pada level Rp 8.000 per liter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News