Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulanan Maret 2019 sebesar 0,11% atau secara tahunan 2,48%. Dengan demikian inflasi Januari-Maret 2019 tercatat 0,35%.
"Harga komoditas secara umum menunjukkan adanya kenaikan," jelas Kepala BPS Suhariyanto, Senin (1/4)
Angka inflasi tersebut lebih tinggi bila dibanding Februari 2019. Deflasi Februari tercatat 0,08% secara bulanan atau 2,57% secara tahunan.
Lebih lanjut, Suhariyanto menjelaskan penyebab inflasi antara lain kenaikan harga bawang merah yang memberi andil 0,06%, bawang putih dengan andil 0,04% dan angkutan udara dengan andil 0,03%.
"Kita tahu angkutan udara alami kenaikan tidak biasa selama Januari-Maret 2019. Namun kemarin Kementerian Perhubungan sudah mengeluarkan aturan baru untuk harga batas bawahnya," jelas Suhariyanto.
Peningkatan tarif angkutan udara ini juga menyebabkan Ambon menjadi kota dengan inflasi tertinggi. BPS mencatat inflasi di Ambon mencapai 0,86% secara bulanan.
Berdasarkan komponen, Suhariyanto menjelaskan inflasi Maret 2019 disebabkan oleh inflasi inti. BPS mencatat inflasi inti mencapai 0,16% secara bulanan atau 3,03% secara tahunan. Andilnya terhadap inflasi Maret 2019 sebesar 0,09%. Inflasi inti antara lain didorong oleh kenaikan harga kontrak rumah dan upah pembantu rumah tangga.
Sedangkan inflasi harga diatur pemerintah alias administered price tercatat 0,08% secara bulanan atau 3,25% secara tahunan. Andil terhadap inflasi sebesar 0,02%.
Sementara inflasi harga bergejolak alias volatile food tidak memberi andil pada inflasi Maret 2019 alias 0,0%. Komponen ini mengalami deflasi 0,02% secara bulanan atau 0,16% secara bulanan. Penyebab volatile food mengalami deflasi karena ada penurunan harga pada daging yam ras, telur ayam ras dan ikan segar.
"Dengan demikian, daya beli tidak rendah karena inflasi inti masih tinggi," jelas Suhariyanto.
Dari 82 kota, BPS mencatat ada 51 kota yang mengalami inflasi dan 31 kota mengalami deflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Tual karena adanya penurunan harga ikan segar. Deflasi di Tual tercatat 3,03% secara bulanan, sebab ikan menjadi konsumsi utama di sana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News