kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.777   18,00   0,11%
  • IDX 7.480   0,54   0,01%
  • KOMPAS100 1.157   2,51   0,22%
  • LQ45 918   4,40   0,48%
  • ISSI 226   -0,78   -0,35%
  • IDX30 474   2,88   0,61%
  • IDXHIDIV20 571   3,56   0,63%
  • IDX80 132   0,52   0,39%
  • IDXV30 140   1,17   0,84%
  • IDXQ30 158   0,64   0,41%

BNI Sekuritas Memproyeksi Kinerja Impor Diperkirakan Belum Membaik dalam Waktu Dekat


Senin, 20 Februari 2023 / 11:41 WIB
BNI Sekuritas Memproyeksi Kinerja Impor Diperkirakan Belum Membaik dalam Waktu Dekat
ILUSTRASI. Impor Indonesia diproyeksi belum akan membaik dalam waktu dekat


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. BNI Sekuritas memperkirakan, dalam beberapa bulan ke depan kinerja impor diperkirakan belum mengalami perbaikan, sejak mengalami penurunan secara bulanan dari September 2022 hingga Januari 2023.

Data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor pada Januari 2022 sebesar US$ 18,44 miliar atau turun 7,15% secara month to month (MtM).

Kepala Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution mengatakan, kinerja impor yang diperkirakan belum akan mengalami perbaikan dalam beberapa waktu ke depan, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang diperkirakan tidak sekuat tahun 2022 yang lalu.

“Dalam beberapa bulan ke depan kinerja impor diprediksikan belum mengalami perbaikan yang berarti,”  tutur Damhuri kepada Kontan.co.id, Minggu (19/2).

Di samping itu, Damhuri menilai harga beberapa komoditas impor tampaknya masih cenderung relatif stabil. Meski begitu, impor diproyeksikan akan tetap tumbuh positif, meskipun ekonomi melambat.

Baca Juga: Surplus Transaksi Berjalan Makin Gendut di 2022

“Sesungguhnya pertumbuhan (proyeksi ekonomi 2023) masih relatif bagus dan berada di sekitar 4,8% - 5,0%, melambat dari 5,3% pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022,” jelasnya.

Adapun Damhuri menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menyebabkan harga barang impor menjadi mahal, sehingga volume permintaan terhadap barang impor menjadi berkurang.

Di sisi lain, meningkatnya tekanan inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi membuat daya beli masyarakat menurun. Hal ini membuat permintaan terhadap barang lokal maupun impor menjadi menurun.

“Menurunnya harga sejumlah komoditas yang banyak di impor, seperti minyak mentah, gas alam, produk makanan seperti gandum, jagung dan kedelai,” ujarnya.

Lebih lanjut, Dahmuri menambahkan, perlambatan pertumbuhan ekspor menyusul melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia. Dia mencatat, sebagian produk ekspor Indonesia memiliki bahan baku yang berasal impor. Akibatnya ketika pertumbuhan ekspor melambat, maka pertumbuhan impor bahan baku dan penolong juga akan melambat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×