kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BKPM antisipasi penurunan investasi dari AS


Senin, 30 Januari 2017 / 17:00 WIB
BKPM antisipasi penurunan investasi dari AS


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Kebijakan Presiden ke-45 AS Donald Trump tengah diperhatikan dunia, termasuk pemerintah Indonesia. Dalam hal investasi nasional, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM) Thomas Lembong melihat bahwa ada potensi penurunan, sehingga harus dicarikan penggantinya.

Thomas mengatakan, ada kemungkinan bahwa perusahaan AS akan terkena tekanan dari pemerintahan Trump untuk lebih banyak melakukan kegiatan investasi di negaranya sendiri. Oleh karena itu, menurut Thomas akan ada konsekuensi yang harus diterima oleh Indonesia supaya laju investasi di Indonesia tetap terjaga.

Namun demikian, dirinya optimistis bahwa bila seandainya perusahaan AS mengurangi investasi di Indonesia, kekosongannya akan diisi oleh negara lain. “Saya lebih optimistis, kalau investasi dari AS berkurang, itu akan menciptakan satu vakum yang akan diisi oleh yang lain. Secara fundamental, pertumbuhan ekonomi tertinggi itu ada di negara berkembang,” ujar Thomas di Kantor BKPM, Jakarta, Senin (30/1).

Dengan demikian, perusahaan dari negara-negara seperti Eropa, AS, Korea Selatan, dan China, bila ingin mencari pertumbuhan tidak punya pilihan selain ke negara berkembang seperti Indonesia. “Jadi kalau satu meninggalkan medan, banyak yang lain yang mau mengisi vakum yang tercipta,” ucapnya.

Adapun bila perusahaan AS mengalihkan investasinya ke dalam negeri, konsekuensinya Indonesia harus kerja ekstra keras supaya investasi di Indonesia lebih menarik untuk perusahaan AS. Selain itu, menurut Thomas yang dapat dilakukan oleh Indonesa adalah mencari alternatif lainnya selain AS.

“Kita juga harus rajin kembangkan alternatif kalau memang perusahaan AS mengurangi investasi di luar negeri, ya mungkin kita juga harus kembangkan investasi dari Jepang, Korea, Eropa, dan China,” kata Thomas.

Namun demikian, menurutnya investasi dari AS kualitasnya cenderung tinggi. Di sektor teknologi dan sektor consumer product misalnya,” Itu nilai merek, nilai teknologi, nilai jaringannya sangat tinggi jadi kita tetap perlu (investasi dari AS). Maka dari itu kita harus kerja ekstra keras agar perusahaan AS tetap mau investasi meskipun mungkin akan ada tekanan dari presiden Trump untuk mengalihkan investasi mereka ke dalam negeri,” jelasnya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa pemerintah mewaspadai fenomena penurunan investasi yang tengah melanda dunia. Karenanya, Indonesia harus menggenjot laju investasi agar pertumbuhan ekonomi tahun ini dapat mencapai target.

Menurut dia, penurunan investasi ini terjadi hampir di semua negara, termasuk di negara yang pasarnya tengah berkembang (emerging market). "(Semua) menunjukkan pelemahan investasi, ini harus diwaspadai,” katanya.

Meski demikian, Thomas menilai bahwa saat ini kebijakan Trump tidak perlu direspon secara berlebihan. Pasalnya, Trump dan lembaga-lembaga di sekelilingnya sendiri masih memerlukan waktu untuk menyesuaikan satu sama lain.

“Jadi saya usul, kita tidak perlu over reaksi, jangan berlebihan, harus terus berprasangka baik, kasih dia (Trump) waktu untuk settling-in, untuk bisa menyesuaikan diri,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×