kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis UMKM olahan makanan paling terdampak corona


Selasa, 21 April 2020 / 19:25 WIB
Bisnis UMKM olahan makanan paling terdampak corona
Aktivitas produksi tahu tanpa formalin di pabrik Tahu Tasbim, Ciputat, Tangerang Selatan, Senin (20/4/2020). KONTAN/Baihaki


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi corona atau Covid-19 meluluh latahkan banyak bisnis, tak terkecuali UMKM. Berdasarkan survei dari Smesco Indonesia, salah satu institusi dibawah naungan Kementerian Koperasi dan UKM (Kemkop UKM), ternyata UMKM sektor makanan olahan yang paling banyak terpukul dengan efek dari corona.

Direktur Utama Smesco Indonesia Leonard Theosabrata menjelaskan dari hasil survei terhadap 722 responden UMKM mulai tangga 31 Maret - 20 April lalu, didapatkan 35,6% pelaku UMKM sektor olahan makanan terdampak Covid-19. 

Kemudian disusul sektor kerajinan 13,8%, fesyen sebesar 16% serta sisanya adalah sektor lain seperti rumah makan, jasa, manufaktur, pertanian, warung kopi, kue kering, perdagangan dan lainnya.

Baca Juga: Beragam penantian stimulus efek corona bagi UMKM

"Omset mereka menurun drastic, dan saat ditanyakan apakah harga bahan baku naik atau tidak, jawaban naik dan banyak yang impor,” tutur Leonard saat teleconference Kemkop UKM, Selasa (21/4).

Baca Juga: Pemerintah beri relaksasi bagi penerima KUR, ini kata Hipmi

Dari survei tersebut, sekitar 35,9% responden mengalami penurunan omzet lebih dari 60% dan ada 27,7% responden yang terpaksa berhenti beroperasi untuk sementara. 

Kemudian UMKM yang omzetnya turun antara 31%-60% sebanyak 20,8%, dan sisanya UMKM yang mengalami penurunan omzet 10%-30%. 

Tak cuma pendapatan yang terganggu, para UMKM juga mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan baki. Mulai dari harga bahan baku yang kerap naik (pernyataan 65,9% responden), sulit mendapatkannya  karena impor (12%) dan terbatas (45,9%) serta pengiriman bahan baku terganggu (41,1%).

Leo juga menyebut ada 16,5% UMKM melakukan pengurangan jam kerja namun tetap bekerja, 14,5% pengurangan hari kerja menjadi 3 hari -4 hari dalam seminggu, disusul dengan 12,4% restrukturisasi fungsi dan jam kerja, dan lain sebagainya.

Salah satu upaya membantu UMKM meminimalisir dampak Covid-19 dengan menyediakan layanan online yang melibatkan 1.000 peserta UMKM lewat Sparc Campus. Program tersebut disajikan secara virtual melalui aplikasi meeting virtual dan live streaming facebook, Youtube dan website Smesco.

"Rata-rata karyawan bekerja lagi  jadi pekerja part time,  shift dikurangi dan sebagainya," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×