Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Bio Farma, induk holding perusahaan milik negara bidang farmasi mengalokasikan 568 botol atau vial vaksin Covid-19 Sinovac baru datang Minggu lalui untuk dilakukan uji mutu bersama-sama dengan Badan Pengawas Obat & Makanan (BPOM).
Dalam jumpa pers daring, Selasa (812), Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir , dari total 3 juta dosis pesanan vaksin Covid-19 dari Sinovac, Bio Farma telah menerima sebanyak 1.200.568 dosis kemasan single dose.
"Dari jumlah itu, sebanyak 568 vial untuk dilakukan pengujian mutu yang akan dilakukan bersama oleh Bio Farma maupun BPOM," ujar Honesti dalam konferensi pers daring, Selasa (8/12).
Setelah tahap pertama kedatangan vaksin dari Sinovac sebanyak 1,2 juta, pemerintah akan kembali mendatangkan 15 juta vaksin pada Desember 2020 ini. Adapun sekitar Januari 2021, akan tiba juga vaksin dalam bentuk bahan baku sebanyak 30 juta dosis.
Baca Juga: Bio Farma proyeksikan vaksin corona sudah bisa didistribusikan Februari 2021
Dari jumlah itu, jenis vaksin merupakan jenis vaksin yang sama dengan vaksin yang tengah dilakukan uji klinis III, baik di Indonesia maupun di Brasil dan di beberapa negara lainnya.
Honesti mengungkapkan, calon vaksin Covid-19 produksi Sinovac termasuk salah satu vaksin kandidat paling cepat yang masuk ke uji klinis tahap III.
"Dilihat dari timeline ataupun proses pengembangan, calon vaksin Covid-19 dari Sinovac termasuk salah satu dari 10 kandidat vaksin corona yang paling cepat yang sudah masuk ke uji klinis tahap III," ujarnya.
Baca Juga: Adakah pengobatan yang ampuh bagi pasien terinfeksi virus corona?
Adapun dari metode pembuatan, vaksin itu menggunakan metode inaktivasi (inactivated) yang terbukti pada jenis-jenis vaksin lainnya. "Dan platform tersebut sudah dikuasai oleh Bio Farma," katanya. Dalam kerjasama antara Bio Farma dengan Sinovac, terdapat juga transfer teknologi dalam hal pengujian-pengujian yang dibutuhkan.
Faktor penentu lainnya adalah sistem mutu Sinovac yang diklaim Honesti juga sudah diakui oleh WHO.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News