Reporter: Ratih Waseso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga saat ini, Indonesia sudah mendapatkan 59,5 juta bulk vaksin Covid-19, dari total komitmen dengan Sinovac yang mencapai 140 juta dosis. Mengingat pada Minggu (18/4) lalu, Indonesia baru mendapatkan 6 juta bulk atau bahan baku vaksin Covid-19 dari perusahaan asal China tersebut.
Juru Bicara Vaksinasi PT Bio Farma Bambang Heriyanto mengatakan, dari total bulk tersebut ditargetkan akan diproduksi menjadi vaksin sebanyak 47 juta dosis. Saat ini sudah 35 juta dosis vaksin Covid-19 yang diproduksi Bio Farma.
"Kami sudah produksi sekitar 35 juta dosis, dari jumlah itu sudah distribusikan ke seluruh provinsi di Indonesia sebanyak 20 juta dosis," kata dia saat Dialog Produktif KPC-PEN secara virtual pada Selasa (20/4).
Adapun saat ini masih ada 15 juta dosis yang masih menunggu mendapatkan lot release sebelum didistribusikan. Bambang menjelaskan setiap produksi vaksin sebelum didistribusikan wajib melalui mekanisme pengujian kembali oleh Bio Farma dan juga Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Masih ada stok kurang lebih 15 juta dosis ini masih menunggu, sekarang harus diuji dulu Bio Farma dan menunggu lot release dari BPOM," imbuhnya.
Baca Juga: Kadin: 17.387 Perusahaan telah mendaftar vaksinasi gotong royong
Terkait ketersediaan, Bio Farma sudah melakukan penghitungan dengan pemerintah bahwa, melihat komitmen yang didapatkan dari produsen vaksin dipastikan dapat mencukupi dalam memenuhi target vaksinasi sebanyak 181,5 juta penduduk.
Adapun dari target tersebut maka diperlukan 426 juta dosis vaksin untuk pelaksanaan program vaksinasi kepada masyarakat secara gratis. Angka kebutuhan tersebut sudah termasuk penghitungan waste rate sebesar 10%-20%.
"Dari Sinovac komitmen 140 juta dosis, masih ada tambahan komitmen untuk berikut yaitu ada 120 juta dosis. Kami akan mendapatkan dari penyedia yang lain melalui skema multilateral yaitu COVAX facility sekitar 10%-20% dari jumlah penduduk atau sekitar 54 juta - 108 juta," jelasnya.
Selain itu, Indonesia juga telah mendapatkan komitmen pengadaan vaksin dari produsen lain seperti AstraZeneca, Pfizer dan Novavax. Di mana untuk AstraZeneca dan Pfizer sudah didapatkan komitmen masing-masing sebesar 50 juta dosis.
"Jadi mudah-mudahan seluruh kebutuhan yang sudah diatur dari Kementerian Kesehatan bisa kami penuhi dibantu juga dengan dari Kementerian lain, seperti Kementerian Luar Negeri juga dari beberapa kementerian dan lembaga lainnya yang terkait," ungkap dia.
Baca Juga: Sebelum dan sesudah vaksinasi Covid-19, ini yang boleh dan tidak boleh Anda lakukan
Bambang menambahkan, selain fokus pada produksi Bio Farma juga tak lepas menjaga kualitas vaksin saat distribusi hingga sampai kepada penerima vaksin. Pada dasarnya semua vaksin, harus mematuhi standar baik yang ditetapkan regulator nasional di negaranya masing-masing dan juga harus memenuhi standar dari badan kesehatan dunia WHO.
Misalnya saja untuk tingkat efikasi vaksin yang sudah ditetapkan oleh WHO yaitu lebih dari 50%. Keamanan juga menjadi poin yang perlu diutamakan dari vaksin itu sendiri.
"Sinovac misalnya yang kami produksi ada juga uji mutu setelah diproduksi. Setiap batch dimonitor kualitasnya di Bio Farma dan oleh BPOM akan dikeluarkan lot release. Jadi sebelum ada lot release tidak boleh digunakan. Setelah dapat lot release baru bisa didistribusikan," pungkas Bambang.
Selanjutnya: Kadin estimasi vaksinasi gotong royong dimulai pada Mei
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News