Reporter: Annisa Aninditya Wibawa |
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan tekanan inflasi akan mereda seiring dengan siklus panen. Selama ini, faktor yang membuat inflasi naik terutama berasal dari tingginya harga pangan atau volatile foods.
“Antara lain sebagai dampak gangguan cuaca dan terbatasnya pasokan komoditas hortikultura yang berasal dari impor,” ujar Asisten Direktur Grup Hubungan Masyarakat BI Edhie Haryanto, Kamis, (7/2).
Sementara itu, inflasi administered prices yang cukup tinggi disumbang oleh kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL). Nantinya, BI akan memperkuat koordinasi dengan pemerintah melalui forum Tim Pengendali Inflasi (TPI) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). “Tujuannya guna mengamankan pasokan dan distribusi barang,” sebut Edhie.
Pada bulan Februari, inflasi mencapai 0,75% month to month atau 5,31% bila dihitung year on year. Meski begitu, BI mengklaim bahwa inflasi inti tetap terkendali di posisi 4,29%. Dikatakan Edhie bahwa ini sejalan dengan harga komoditas global non makanan yang terkendali dan stabilitas nilai Rupiah yang terjaga.
Tekanan depresiasi terhadap Rupiah memang cenderung mereda di bulan lalu, yakni sekitar Rp 9.680 per Dolar AS. Dibandingkan posisi awal tahun, Rupiah sudah menguat 0,31%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News